Liputan

Folklore Pulau Mengare Bawa Spemdalas Juara I Lomba Mendongeng

53
×

Folklore Pulau Mengare Bawa Spemdalas Juara I Lomba Mendongeng

Sebarkan artikel ini
Juara Mendongeng
Qarsafah Al Zahliyah Rachmawati Zulkarnain (kiri) saat menerima penghargaan sebagai juara I lomba mendongeng dalam ajang ME Confest 2025 di Umsida, Ahad (30/11/2025).

Selawe.com – Tidak hanya terkenal dengan kuliner ikan sembilang, Desa Mengare Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik juga memiliki folklore (cerita rakyat) yang unik dan menarik tentang terjadinya desa yang berdekatan dengan Pulau Madura ini.

Cerita ini yang membawa siswa SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik berhasil meraih juara I Lomba Mendongeng tingkat SMP/MTs dalam ajang Muhammadiyah Education Conference Sport, Arts, and Festival (ME Confest) 2025, Ahad (30/11/2025).

Ajang yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini di Auditorium KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ini, membawa siswa kelas IX Fez Qarsafah Al Zahliyah Rachmawati Zulkarnain meraih juara I dengan folklore berjudul Legenda Pulau Mengare.

Siswa yang akrab disapa Safah ini mengaku sangat bangga bisa meraih juara ini. Dengan persiapan yang tidak sampai 2 pekan, prestasi yang ditunggu-tunggu benar-benar nyata dan diraihnya.

“Iya, bangga. Kalau saat tampil, saya mendapat urutan terakhir untuk tampil. Dari urutan tersebut pun sudah perasaan deg-degan karena jangan-jangan juri sudah boring karena tampilan terakhir. Maka saya pun berusaha semaksimal mungkin secara performancenya,” katanya, Selasa (2/12/2025).

Maka, lanjutnya, guru pembina pun memberikan tips dan trik bagaimana perfomance bisa baik. “Ya, saya diberika  trik supaya tampilnya lebih maksimal. “Harus bagus nyanyinya, pakai dan menggunakan properti juga harus maksimal saat tampil,” ucapnya.

Guru pembina Bambang Hermanto, S.Sn. saat dihubungi mengiyahkan apa yang disampaikan Safah. Dia memberikan tantangan pada Safah untuk memaksimalkan penggunakan properti.

“Properti perahu dan dayung, tombak, daun siwalan yang diibaratkan sebagai pohon, mahkota, selendang, dan 3 alat musik semua harus dimanfaatkan Safah supaya tampilannya berbeda dengan siswa yang lain,” katanya.

Dia memaparkan, kalau tampil terakhir terus tampilannya biasa-biasa saja, maka tidak ada bedanya dengan yang lain. “Maka Safah harus tampil beda, mulai dari segi penghayatan, ekspresi, alunan musik, menyanyinya, menggunakan alat musik, sampai memeragakan beberapa karakter saat tampil,” ungkapnya.

Folklore Pulau Mengare

Benyak kembeng se sae

Tak seddep akadhi malate

Menangka pangesto kaator kapotre

Se seddep akadhi malate

Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang putri yang cantik jelita. Namanya Putri Melirang. Banyak pria yang tertarik kepadanya, namun tak satu pun dari mereka yang mendapatkan Putri Melirang. Kabar itu sampai juga ke telinga Pangeran Solo.

Pangeran Solo: Hahahahaha, semua laki-laki boleh kalah, namun aku Pangeran Solo akan merebut hati Putri Melirang, apalagi jadikan ratu di sini. Huahahahaha…

Tak menunggu lama-lama, Pangeran Solo pun bergegas meminta doa restu ke ibundanya.

Pangeran Solo: Biyung, perkenankan anakmu untuk pergi jauh, Aku ingin melamar Putri Melirang. Kita akan hidup bahagia selamanya di sini, Biyung. Aku berjanji akan membawa Putri Melirang ke sini.

Buyung: Baiklah, anakku. Hati-hatilah di jalan. Dan ingat satu pesan Biyung. Jangan sampai kamu tertidur jika kamu ingin berhasil sampai ke tujuan. Tutur Ibunda Pangeran Solo.

Pangeran Solo: Baik, Biyung

Pangeran pun bergegas menyiapkan segala peralatannya, mulai dari besi towo, senjata andalannya, dan mengajak dua prajurit yang sakti mendraguna.

Pangeran Solo: Prajurit, ayo cepat! Jangan buang-buang waktu! Kita harus cepat ke sana!

Namun naas, di tengah perjalanan pangeran pun tertidur pulas. Hingga sampannya terdampar jauh, hampir mendekati Selat Madura.

Prajurit 1: Prajurit, we iki lapo? mengorokmu bianter seruuu

Prajurit 2: Du du du dudu akuuu!!!!, bukan aku. Itu Pangeran tertidur, Pangeran tertidur.

Prajurit 1: Aduh, apes, wis ayo ditangeni. Pangeran, bangun pangeran, pangeran bangun. Aduh, gak tangi-tangi.

 

Lir ilir, lir ilir,

Padhangé padhang rembulan,

Putri Melirang ngentosi,

Pangerané durung tangi.

 

Pangeran Solo: Aku tertidur! Apa?Aku tertidur! Apa yang kalian lakukan! Hingga membiarkan aku tertidur!

Dan Pangeran pun semakin marah, wajahnya merah merona, memendam amarah. Sehingga terucaplah sumpah

Prajurit 1: Kami sudah berusaha membangunakanmu pangeran, tapi njenengan ndak bangun-bangun.

Prajurit 2: Betul Pangeran, Pangeran tak bangun-bangun.

Pangeran Solo: Hah!! Apa? Kalian telah membuatku gagal menemui putri Melirang! Lihat, jagat raya, lautan luas ini, dan kalian berdua menjadi saksi aku tidak akan pergi meninggalkan pulau ini, aku akan tetap di sini sampai mambawa Putri Melirang kehadapan buyungku, AKU BERSUMPAH!

Seketika itu juga, tubuh pangeran menjelma menjadi ular yang sangat besar dan perlahan tubuhnya pun kaku, membeku menjadi sebuah daratan yang sangat luas. Nah, sampai saat ini daratan ini disebut dengan Pulau Mengare, terletak di Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. (#)

Jurnalis Ichwan Arif.