
Selawe.com – Ini adalah perjalanan pertama saya mencoba moda transportasi umum warga Jawa Timur rute pantura, tepatnya Gresik-Lamongan. Meski sebelumnya sudah pernah dengan rute yang berbeda yakni dari halte Universitas Muhammadiyah Gresik-Terminal Bungurasih, kali ini ada pengalaman menarik yang membuat ketagihan.
Sebelum memutuskan untuk mencoba rute pantura ini, riset jadwal adalah hal pertama yang saya lakukan. Tentu saja agar efektif dan perjalanan menjadi nyaman.
Jumat (27/12/24) berangkat pukul 05.30 dari Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan dengan honda vario menuju terminal bunder. Lokasi halte untuk rute ini berada di sisi selatan terminal, sehingga dari lokasi penitipan sepeda perlu sedikit berjalan kaki kurang lebih satu menit.
Tampak driver dan pramugari sudah bersiap, tetapi masih berada di luar bus alias di halte seperti sedang melakukan breafing pagi. Saya dipersilahkan masuk terlebih dahulu. Pukul 06.45 saya adalah penumpang pertama saat itu, tentu saja kesempatan mendapatkan previllage untuk memilih tempat duduk ternyaman versi saya.
Saya pilih bangku kedua dari depan dengan tipe single , selain tidak harus berdesakan juga kursi pilihan saya tepat di belakang turunan (kursi pertama lebih tinggi dasarnya) sehingga ada space untuk kaki saya memijak. Ini membuat nyaman dan kaki tidak terasa capek selama perjalanan.
Tepat waktu, pukul 07.00 bus berangkat dengan penumpang sekitar 50% dari jumlah kursi yang tersedia. Saya menikmati perjalanan dengan kondisi bus yang sejuk, kecepatan stabil dan penumpang yang kondusif.
Sembari menikmati pemandangan aktivitas pagi warga di sepanjang Kecamatan Manyar yang terlintasi, saya mengisinya dengan membaca Surat Al-Kahfi dari musaf di android. Kestabilan driver dalam mengemudi, membuat pandangan tetap nyaman (tidak menyebabkan pusing) seperti yang sudah-sudah.
Karena nagih, saya keluarkan buku yang baru saya beli dari gramedia online . Pikir saya akan lumayan menemani perjalanan yang bisa jadi akan membosankan karena tidak ada teman ngobrol. Berlembar-lembar halaman berhasil saya habiskan sembari sesekali memperhatikan bus yang berhenti untuk menaik-turunkan penumpang. Satu kata yang menggambarkan proses ini adalah kondusif.
Tidak ada kebisingan yang mengganggu, setiap pertanyaan yang saya ajukan kepada pramugari juga dijawab dengan santun.
Meski sesampainya di pemberhentian saya sempat kaget karena tidak ada haltenya, tapi dengan Rp. 5000,- (umum) dan Rp. 2.500,- (pelajar) untuk perjalanan yang nyaman adalah pengalaman berharga.
Tujuan saya kali ini ialah Desa Banyutengah, Kecamatan Panceng untuk mengikuti pembukaan Darul Arqam Nasyiatul Aisyiyah 1 sekaligus menjadi narasumber disana.
Transportasi yang saya pilih untuk kembali ke gresik juga sama, transjatim koridor empat. Kurang lebih 15 menit menunggu di halte RS Muhammadiyah Sekapuk, bus berhenti dan alhamduillah rejeki bagi saya mendapatkan posisi kursi yang sama dengan perjalanan berangkat. Ini menjadi kesempatan emas bagi saya melanjutkan halaman buku yang belum terbaca.
Semoga transjatim koridor empat bisa istikamah dengan pelayanan yang baik dan ditambahkan armadanya sehingga bertambah pula manfaatnya. (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah. EditorIchwan Arif