
Dengan alam bawah sadar mereka, semua peserta didik tidak terasa mengikuti pola bermain materi cuplikan naskah yang saya jelaskan, mereka senang dan antusias apalagi ketika saya menyampaikan alangkah asyiknya jika naskah Padhang Rembulan dibuat sebuah lakon cerita
Penulis Bambang Hermanto, S.Sn., guru seni SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik
Selawe.com – Dunia pendidikan tidak lepas dari pembelajaran antara siswa dan guru. Untuk itu perlu strategi yang menarik agar keterlibatan guru dan siswa akan adanya interaksi siswa dan guru pada saat proses pembelajaran dimulai.
Seni budaya adalah pembelajaran yang saya ampuh, tentunya tidak sekadar materi teori saja yang diberikan, namun materi praktik sangatlah penting untuk diberikan agar siswa dapat memahami, merasakan, dan mencipta sebuah karya yang akan dibuat.
Pembelajaran seni budaya ada empat cabang materi yang harus dipahamkan kepada seluruh siswa diantaranya adalah pembelajaran seni lukis atau menggambar, tari, musik dan seni teater. Dengan pembelajaran seni diharapkan siswa mampu mencipta dan berfikir secara kritis, dinamis, apresiatif, dan kreatif.
Waktu terus berputar memacu kesadaran guru sebagai tugas mulia untuk mendidik generasi yang akan tumbuh berkembang menghadapi tantangan zamannya. Dimulailah segala rutinitas saya sebagai guru pengajar mata pelajaran seni budaya.
Materi telah berganti seperti rembulan yang menemani malam. Materi seni teater atau lebih dikenal dengan seni berperan telah tiba seperti tamu yang datang mengejutkan bagi pemilik tuan rumahnya.
Saya sebagai guru berusaha menggali dan memunculkan kembali jurus-jurus khusus, bagaimana mata pelajaran seni teater ini bisa diterima, disukai, dan tidak membosankan bagi peserta didik. Guru seni harus mempunyai target, sasaran, dan capaian yang harus bisa menguri-uri budaya Nusantara.
Ketika saya mengawali pembelajaran didalam kelas dan menyampaikan materi seni pertunjukan teater. Tidak disangka dari jumlah kelas yang saya ampuh kebanyakan mereka penasaran seperti apa sih pembelajaran teater itu?
Saya terus berupaya sembari melihat psikologi peserta didik sebelum materi dimulai. Akhirnya dengan kesabaran dan ketulusan saya memaparkan tentang pembelajaran teater.
“Anak-anak pembelajaran teater itu harus lebih menyenangkan dari pada seni yang lainnya. Karena di teater kita akan beseluncur di ruang yang lebih asyik!”
Ketika saya berseloroh dengan kalimat tersebut anak-anak masih diam dan penasaran. Dalam hati saya harus bisa menaklukkan siswa saya bagaimana caranya supaya mereka paham dan memahami materi yang akan saya berikan.
Akhirnya mereka saya ajak untuk berimajinasi dengan bermain membaca sebuah cuplikan naskah Padhang Rembulan, mereka benar-benar diajak bertamasya ke alam kehidupan di pedesaan.
Dengan alam bawah sadar mereka, semua peserta didik tidak terasa mengikuti pola bermain materi cuplikan naskah yang saya jelaskan. Mereka senang dan antusias apalagi ketika saya menyampaikan alangkah asyiknya jika naskah Padhang Rembulan dibuat sebuah lakon cerita. (*)
Editor Ichwan Arif