
Selawe.com – Antusiasme tinggi ditunjukkan oleh siswa kelas IX Fez SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik dalam pelaksanaan Student Project bertema Ocean Conservation.
Dalam proyek ini, siswa membuat berbagai media simulasi untuk konservasi pesisir dan laut. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran terhadap kondisi lingkungan pesisir dan laut yang semakin memburuk akibat kenaikan permukaan air laut, penebangan hutan mangrove, serta pencemaran sampah.
Waka Kurikulum Spemdalas Jamilah, S.Si., M.Pd. mengatakan melalui proyek ini, siswa diajak untuk memberikan gambaran nyata dalam upaya perlindungan dan pencegahan kerusakan ekosistem pesisir dan laut.
“Tak hanya fokus pada aspek lingkungan, proyek ini juga bertujuan mengembangkan profil pelajar Pancasila dengan menekankan pada penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, serta penguatan iman dan takwa kepada Tuhan YME,” katanya.
Dia menuturkan, siswa diajak untuk bekerja sama dalam mengembangkan solusi kreatif terhadap permasalahan lingkungan di wilayah pesisir, sehingga mereka berani mengambil inisiatif dalam menghadirkan alternatif solusi nyata yang aplikatif.
Proyek yang difasilitasi oleh Khotimatul Khusnah, S.Pd. Dalam pemaparannya, dia memperlihatkan variasi ide dari siswa, mulai dari rumah apung, pemecah ombak, hingga penahan dan filter sampah laut.
“Sebagian besar terinspirasi dari artikel dan video yang saya putarkan di kelas pada awal proyek (21/7/2025), namun ada juga yang mencari referensi tambahan dari YouTube secara mandiri. Mereka sangat antusias hingga melakukan berbagai improvisasi dari referensi yang mereka temukan,” jelasnya.
Meski begitu, lanjutnya, proyek ini juga menghadapi berbagai tantangan. Beberapa siswa tidak dapat mengikuti pelajaran setiap pekannya karena kegiatan pembinaan, sehingga proses pengerjaan media menjadi terhambat.
“Selain itu, kendala persiapan alat dan bahan juga menjadi hambatan bagi beberapa kelompok. Ustadzah Khusnah berharap ide-ide yang telah muncul bisa dikembangkan lebih serius di masa depan, dengan peralatan yang lebih memadai agar bisa diterapkan meski dalam skala kecil,” ungkapnya.

Dari berbagai karya, kelompok yang terdiri dari Armilda Putri Athifa Earlene dan Khadijah Kayyisa Ghassani dinobatkan sebagai yang terbaik.
Mereka membuat proyek bertajuk AquaLink Bin, sebuah alat penyedot sampah di perairan yang terinspirasi dari Seabin, teknologi buatan dua peselancar Australia.
Meski menghadapi kendala dalam pemilihan alat penyedot sampah dan akhirnya menggunakan pompa manual, ide mereka dinilai unggul dan unik dibandingkan kelompok lain.
Armilda menjelaskan AquaLink Bin merupakan tabung penyedot sampah plastik yang dirancang untuk digunakan di perairan seperti laut, danau, atau sungai. Dengan prinsip kerja yang mirip dengan Seabin namun disederhanakan, alat ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah plastik di perairan.
“Kami tahu bahwa setiap tahunnya sekitar 8 juta ton sampah plastik masuk ke laut. Sampah ini sangat berbahaya bagi biota laut. Bahkan, bisa masuk ke tubuh manusia lewat rantai makanan,” ungkapnya, Selasa (16/9/2025).
Dalam proses pembuatannya, mereka melakukan riset mendalam lewat media sosial dan YouTube untuk memahami mekanisme kerja dan cara pembuatan Seabin. Mereka juga membagi tugas sesuai dengan alat dan bahan yang sudah dimiliki di rumah, menunjukkan kolaborasi yang efektif dalam kelompok.
Dia menyampaikan keinginan mereka untuk mengembangkan proyek ini lebih lanjut. “Melalui proyek ini, kami semakin sadar pentingnya menjaga lingkungan. Banyak cara sederhana namun berdampak besar yang bisa kita lakukan. Kami jadi lebih tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan sains, teknologi, dan lingkungan sekitar,” tuturnya penuh semangat. (*)
Penulis M Nor Qomari. Editor Ichwan Arif.