
Selawe.com – Merdeka adalah sebuah kata yang sarat makna dan sangat subjektif. Setiap individu bisa saja memiliki definisi yang berbeda tentang kemerdekaan.
Hal itu terlihat jelas ketika memasuki ruang kelas IX Fez SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik. Di dinding belakang kelas, terpampang tiga papan yang mencolok. Tepat di bawah jam dinding, sebuah papan berwarna krem dengan bingkai merah maron tampak mendominasi, berukuran 240 cm x 80 cm.
Di tengah bagian atas papan tersebut, terdapat tulisan mencolok nada bertanya, “Apa arti merdeka buat kamu?”
Tulisan ini ditempel di atas kertas putih dengan latar belakang merah terang, membuatnya menarik perhatian siapa saja yang melihat. Di sekeliling pertanyaan itu, tergantung berbagai pendapat yang mencerminkan keberagaman makna kemerdekaan menurut siswa dan guru.
Papan tersebut menjadi pusat perhatian dalam momentum peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia pada tahun 2025. Ini menjadi wadah ekspresi bagi warga kelas IX Fez, baik siswa maupun wali kelas.

Pajang Foto Balita
Sebanyak 31 pendapat tertempel rapi di atas kertas lipat berwarna-warni, merah, oranye, biru, pink, kuning, dan hijau, dilengkapi dengan foto masa balita masing-masing yang lucu dan menggemaskan.
Mayoritas siswa kelas IX Fez berusia 14–15 tahun, termasuk dalam kelompok Gen Z. Menurut Beresford Research, yakni generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012.
Dalam papan tersebut, sejumlah siswa menuliskan arti kemerdekaan menurut mereka. Syafira Zahra, misalnya. Dia menulis, “Merdeka adalah saat semua orang bisa hidup setara, bebas berpendapat, dan saling menghargai tanpa ada rasa takut.”
Hal senada juga disampaikan Nayla Salma Andina. Siswa yang akrab disapa Andin ini mengungkapkan merdeka itu ketika jiwa tak lagi terkurung oleh keraguan dan setiap langkah menjadi pilihan bebas tanpa beban.
Rani paggilan akrab dari Madina Khairani, salah satu siswa lainnya menyampaikan merdeka bagi diri kita sendiri adalah kebebasan untuk menjadi diri kita yang sebenarnya, berpikir dan bertindak tanpa rasa takut, serta bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil.
Masih banyak lagi pendapat lain yang menunjukkan bahwa siswa kelas IX Fez telah berani dan terbuka dalam menyuarakan pandangannya.
Tak hanya siswa, wali kelas IX Fez Mochammad Nor Qomari pun turut menyumbangkan pandangan. Baginya, kemerdekaan adalah proses hijrah menjadi pribadi yang lebih taat dan lebih baik.
Pandangan ini sejalan dengan pemikiran Benedict R. Anderson dalam bukunya Nationalism and Revolution in Indonesia (2003), yang menyebutkan tugas warga negara Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah meneruskan pembangunan bangsa agar sejajar dengan negara-negara maju.
“Sebagai pelajar, tanggung jawab itu diwujudkan dengan belajar sungguh-sungguh dan meneruskan cita-cita para pahlawan bangsa,” tegasnya. (*)
Penulis Mochammad Nor Qomari. Editor Ichwan Arif.