
Modal berkhayal, tinggal diasah sedikit sehingga menjadi tulisan yang ada emosi, tuntut, dan logis. Maka, menjadi penulis harus menulis, syarat utamanya. Bukan diangan-angan terus sampai lupa menulis.
Selawe.com – Peluang bagi yang suka berkhayal. Modal ini bisa jadi pemantik untuk menjadi penulis. Hal inilah yang disampaikan Dee Lestari, sang novelis seri Supernova di awal dekade 2000-an. Kini dia sudah menelurkan 18 buku.
Dalam suatu acara, ibu dua anak itu cerita mengenai perjuangannya jadi seorang penulis. “Waktu kecil, saya tuh hobi banget berkhayal. Kalau cerita sama orang, ke adek dan tetangga mereka percaya-percaya saja sama yang saya bilang. Cerita kejadian yang nggak kejadian, mereka percaya saja. Kalau nggak ketemu nulis, cuma tukang ngibul. Lewat tulisan-tulisanlah menyalurkan daya khayalnya,” terangnya.
Ketika menulis, Dee baru ngerasain perbedaannya. “Semuanya bisa, asal diasah ya, beda banget antara kita ngecap saja begitu dan menulis, harus membuat segalanya runut, logis. Jadi menulis itu tidak semudah itu, apalagi harus memainkan emosi di dalamnya,” sambungnya.
Ketika awal menulis pula, penulis Perahu Kertas itu juga sudah membayangkan bakal menjajakan buku-buku yang ditulisnya dalam setiap event.
“Saya sudah bayangkan kalau seumur hidup bakal jualan buku. Nggak terpikir akan seperti ini (sukses banyak buku). Di banyak event literasi, atau di kampus-kampus, jadi memang seperti itu keadannya,” tukasnya.
Baca juga: Doom Spending Apa Itu?
Kini Dee Lestari meluncurkan karya terbaru yang berjudul Tanpa Rencana. Buku ke-18 itu hadir dalam format cerita pendek, prosa, semi-puisi, sampai hal personal yang tak seperti buku-buku sebelumnya.
“18 ini terpisah-pisah formatnya, ada cerita prosa, prosa liris, semi-puisi, jadi macem-macem formatnya,” katanya.
“Buat yang ingin kenalan sama saya, pembaca baru yang mau kenal dengan karya-karya saya, ini adalah jalan masuk yang paling ideal. Ini adalah spektrum Dee Lestari yang paling luas, cerita mengharukan, kocak, romantis, ada semua di sini,” pungkasnya.
Alumnus Ilmu Hubungan Internasional Universitas Parahyangan itu menerbitkan novel Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh pada 16 Februari 2001. Dalam 35 hari, novelnya laku 12.000 eksemplar. Serial Supernova melahirkan 5 buku lainnya sampai Inteligensi Embun Pagi (2016).
Pada 2006, dia menerbitkan Filosofi Kopi yang sukses diadaptasi ke layar lebar. Kumcer Rectoverso (2008), novel Perahu Kertas (2009), kumcer Madre (2011), novel Aroma Karsa (2018) hingga serial Rapijali sampai tiga bagian (2021). (*)
Penulis Ichwan Arif.