
Siswa SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik mengenal lingkungan dan budaya sekolah dalam tur seru. Berbagai fasilitas dijelajahi, dari perpustakaan hingga UKS, menanamkan kebiasaan baik sejak dini.
Selawe.com – Rabu (16/7/2025) pagi, suasana riuh bercampur antusiasme menyelimuti SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (Mugeb Primary School). Bukan karena jam istirahat, melainkan agenda Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah hari ketiga, School Tour yang mengajak siswa kelas I menjelajahi setiap sudut sekolah.
Bersama wali kelas dan guru asisten, langkah-langkah kecil mereka menyusuri koridor, memasuki setiap ruang layanan di gedung berlantai dua yang ramah anak ini. Setiap rombongan kelas bergantian masuk agar penjelasan dapat tersampaikan secara efektif.
Perjalanan mereka dimulai dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), lalu berlanjut ke ruang kepala sekolah, bimbingan dan konseling yang bersebelahan dengan kolam ikan jumbo, kantin, perpustakaan, aula, laboratorium komputer, hingga lapangan futsal di ujung sekolah.
Tur ini bukan sekadar mengenalkan lokasi, tetapi juga mengajak para siswa bersimulasi untuk benar-benar mengenal budaya di setiap tempat. Bak kereta api, mereka berbaris dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain sambil memegang pundak teman.
Petualangan Literasi
Salah satu titik fokus tur adalah kunjungan ke Perpustakaan Al-Hikmah. Begitu masuk, anak-anak langsung disambut riang oleh Kepala Perpustakaan, Afrizal Fahlefi Romadhoni, A.Ma., yang akrab disapa Ustaz Roma, dan Koordinator Bidang Literasi, Sayyidah Nuriyah, S.Psi.
“Anak-anak, selamat datang di Perpustakaan Al-Hikmah. Ini perpustakaan kita semua. Mugeb Primary School punya perpustakaan, namanya Perpustakaan Al-Hikmah,” terang Ustaz Roma, membuka sesi perkenalan.
Mata anak-anak berbinar-binar memandangi jajaran buku yang memenuhi rak-rak tinggi, menjulang melebihi tinggi mereka. Sebuah robot kuning di sisi kiri yang didadanya ada Mading tersembunyi, beradu dengan hamparan dinding luas bergambar luar angkasa, sukses menarik perhatian mereka.
Ustaz Roma kemudian memperkenalkan perpustakaan sebagai “rumah” bagi buku-buku. “Suka baca komik? Sebelah sini ada komik,” ujarnya sambil menunjuk rak di sebelah kanan.
“Di sana ada buku cerita tentang apa pun. Mulai dari tentang Nabi-Nabi sampai kuda laut.” Anak-anak sontak menoleh ke rak sebelah kiri mengikuti arah jari Roma.
“Di sana juga ada boneka tangan. Bisa dipakai main. Ada juga permainan tradisional seperti ular tangga dan dakon.” Mata mereka berputar melihat etalase kaca di belakang, dekat pintu masuk.

Budaya Belajar di Perpustakaan
Dalam kesempatan itu, Roma juga menjelaskan, anak-anak memiliki waktu 40 menit dalam setiap kunjungan wajib ke perpustakaan. “Manfaatkan waktu itu untuk tertib mencari buku yang anak-anak suka. Komik, cerita, buku pahlawan, atau tentang Gresik, semua ada di sini,” pesannya.
Ia juga memaparkan tata tertib perpustakaan, di antaranya, “Tinggalkan makanan dan minuman di luar. Siapa yang bawa makan? Tidak boleh.”
Ia juga menekankan, siswa boleh mengunjungi perpustakaan pada jam kunjungan, jam kosong, atau jam kepulangan. Tentunya dengan menjaga ketertiban dan ketenangan.
“Lihat sebelah kanan. Ada kakak kelas baca buku. Apakah mereka tertib? Ya. Tidak ada yang bicara,” imbuhnya. “Boleh teriak? Tidak. Fokus ambil satu buku, baca, lalu kembalikan.”
Roma mengingatkan, buku-buku di perpustakaan adalah milik bersama, sehingga harus mereka rawat juga. “Kemarin ada yang berebut sampai bukunya sobek. Kalau ingin baca buku yang sama, kalian bisa baca bareng atau bergantian,” sarannya.
Daneen Alita, siswa kelas I Edelweiss, menimpali, “Bisa baca bersama atau baca buku lainnya.”
Tak kalah antusias, Alma Binar mengangkat tangannya tinggi-tinggi saat Roma bertanya kemampuan membaca. Senyum lebar langsung merekah di wajah anak-anak saat Roma mengumumkan, mereka bisa meminjam buku hingga tiga hari, asalkan membawa kartu perpustakaan. Setelah memaparkan satu per satu tata tertib, sesi mengenal budaya di perpustakaan berakhir. “Minggu depan Ustaz akan bercerita,” tutup Roma.
Sesi kunjungan berakhir dengan foto bersama di panggung antariksa sebelum mereka berbaris rapi menuju ruang berikutnya.
Menanamkan Kebiasaan Baik Sejak Dini
School tour ini membuktikan bahwa pengenalan lingkungan sekolah tidak melulu soal navigasi fisik, tetapi juga internalisasi nilai dan budaya. Kepala Mugeb Primary School Fony Libriastuti, M.Si., menjelaskan, dengan simulasi dan interaksi langsung, siswa kelas I Mugeb Primary School tidak hanya mengenal di mana kantin atau perpustakaan berada, tetapi juga memahami etika dan kebiasaan baik yang harus mereka praktikkan di setiap tempat.
Ini adalah langkah awal yang efektif dalam membentuk karakter siswa, menanamkan rasa memiliki, dan mendorong mereka menjadi bagian aktif dari lingkungan belajar yang kondusif. Pengalaman langsung seperti ini tentu akan terekam lebih dalam daripada sekadar penjelasan verbal, membentuk dasar yang kuat bagi perjalanan pendidikan mereka selanjutnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah