Ruang Opini

Leadership Kurikulum bukan Sekadar Mengelola Isi

103
×

Leadership Kurikulum bukan Sekadar Mengelola Isi

Sebarkan artikel ini
Leadership Kurikulum
Leadership Kurikulum bukan Sekadar Mengelola Isi

Pemimpin kurikulum harus mampu mendorong guru merancang kurikulum yang tidak terjebak pada rutinitas administratif atau pendekatan hafalan, melainkan mengedepankan eksplorasi, pertanyaan terbuka, dan proyek autentik.

Oleh Siti Latifah, S.Pd. Waka Kurikulum SD Muhammadiyah GKB 1 Gresik

Selawe.com – Kepemimpinan kurikulum di Sekolah Dasar saat ini dituntut untuk tidak sekadar mengelola isi dan struktur pembelajaran, tetapi juga mampu mengarahkan transformasi cara belajar menuju pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning).

Artinya pembelajaran  yang lebih bermakna dan kontekstual. Dalam konteks ini, leadership kurikulum menjadi kunci penggerak utama perubahan budaya belajar di sekolah.

Pembelajaran mendalam menekankan pada proses berpikir kritis, reflektif, kolaboratif, dan kontekstual. Hal ini menuntut siswa tidak hanya menghafal fakta, tetapi mampu memahami konsep, mengaitkan antarpengetahuan, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu, dibutuhkan pemimpin kurikulum yang mampu mendorong guru merancang kurikulum yang tidak terjebak pada rutinitas administratif atau pendekatan hafalan, melainkan mengedepankan eksplorasi, pertanyaan terbuka, dan proyek autentik.

Leadership kurikulum berbasis pembelajaran mendalam harus memiliki ciri-ciri berorientasi pada pengembangan kapasitas guru. Pemimpin kurikulum wajib memfasilitasi pelatihan, diskusi kolektif, dan refleksi rutin antar guru dalam menyusun dan meninjau pembelajaran yang bermakna.

Kedua, mengintegrasikan konteks lokal dan global. Kurikulum harus dirancang relevan dengan kehidupan siswa dan tantangan masa depan, misalnya isu lingkungan, teknologi, atau literasi digital.

Ketiga, mendorong budaya berpikir tingkat tinggi. Pemimpin kurikulum harus membangun sistem penilaian dan strategi pembelajaran yang mendorong analisis, sintesis, dan evaluasi, bukan sekadar menjawab soal-soal pilihan ganda.

Keempat, fleksibel dan adaptif. Pembelajaran mendalam membutuhkan ruang untuk eksplorasi, diskusi, dan pengembangan minat siswa. Pemimpin kurikulum harus memastikan adanya fleksibilitas dalam desain waktu dan strategi belajar.

Di era Kurikulum Merdeka dengan pendekatan pembelajaran mendalam, dibutuhkan kepemimpinan kurikulum yang mendalam menjadi semakin relevan.

Bukan hanya sebagai manajer administratif, tetapi sebagai fasilitator ekosistem belajar yang transformatif. Jika dijalankan dengan kesungguhan, leadership semacam ini akan membentuk siswa sekolah dasar yang tidak hanya pintar, tetapi juga tangguh, kritis, dan peduli terhadap lingkungannya.

Selain itu, kepemimpinan kurikulum harus didasarkan pada budaya refleksi dan inovasi. Pemimpin perlu mendorong guru untuk terus belajar, melakukan evaluasi diri, dan terbuka terhadap pendekatan-pendekatan baru dalam pembelajaran sesuai kebutuhan siswa.

Tidak kalah penting, leadership kurikulum di jenjang SD harus mengutamakan penguatan karakter. Karena pendidikan dasar merupakan fondasi pembentukan kepribadian anak, maka pengintegrasian nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual dalam kurikulum menjadi tanggung jawab bersama yang harus dipimpin secara strategis.

Leadership kurikulum di sekolah dasar bukan sekadar mengatur jadwal atau mengejar target administratif, namun harus mampu menjadi kekuatan penggerak transformasi, yang apabila dijalankan dengan komitmen dan visi yang kuat, akan menghasilkan generasi yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan masa depan. (*)

Editor Ichwan Arif.