
Sebenarnya konsep pendekatan pembelajaran menggunakan deep learning sendiri sejak awal saya SD sudah ada. Contoh dari pembelajaran waktu SD adalah materi wudlu, waktu saya kecil guru memberikan teori terlebih dahulu dan pemaham serta bacaan wudlu di dalam kelas.
Penulis Abdullah Alfarobi, S.Si., guru biologi SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik
Selawe.com – Tulisan ini saya buat di awal Ramadan tepatnya 4 Mei 2025, sebagai guru IPA SMP Muhammdiyah 12 GKB Gresik.
Dengan berat hati karena sudah lama tidak menulis dan membaca buku sehingga kosa kata baru tidak muncul, serta lapar juga karena puasa.
Beberapa bulan lalu pemerintah Indonesia memberikan konsentrasi yang lebih kepada dunia pendidikan terkait konsep belajar siswa, baik dari sekolah paling dasar, sampai sekolah paling menengah atas, yaitu terkait konsep deep learning. Sebuah konsep belajar yang menggunakan 3 pilar dalam proses pembealajarannya (Mindfull learning, Meaning learning, Joyfull learning).
Sebenarnya konsep pendekatan pembelajaran menggunakan deep learning sendiri sejak awal saya SD sudah ada. Contoh dari pembelajaran waktu SD adalah materi wudlu, waktu saya kecil guru memberikan teori terlebih dahulu dan pemaham serta bacaan wudlu di dalam kelas.
Setelah itu di pertemuan selanjutnya, guru mengajak siswa untuk praktek di masjid. Waktu itu karena masjidnya jauh dari sekolah kami, maka kami menggunakan tempat wudlu mushalla sebagai tempat praktik wudlunya. Alih – alih kami praktik wudlu, yang ada kami malah main air, tapi beberapa teman saya ada yang serius untuk praktik tersebut.
Dari apa yang telah saya pelajari waktu kecil, memori terkait dengan pelajaran wudlu itu masih teringat sampai sekarang. Saya berpikir konsep deep learning ini sudah ada sejak dulu, namun memiliki nama yang berbeda tapi makna yang sama.
Di zaman yang serba modern seperti sekarang, deep learning itu bisa dilakukan dengan mudah, namun sepertinya sekarang hal tersebut ada yang hilang.
Saya sebagai guru IPA yang diberikan tugas untuk mengajar materi biologi merasa selama dalam mengajar ada yang belum tersampaikan. Ada hal-hal yang seharusnya siswa dapatkan selain skor atau nilai dan ilmu pengetahuan.
Hal yang harus ada adalah makna belajar siswa selama di dalam kelas. Seharusnya seorang guru memberikan hal tersebut di setiap bagian dalam proses pembelajaran. Tidak hanya ilmu pengatahuan dan nilai akademik, jika hal tersebut didapatkan juga. Saya yakin siswa mendapatkan hal-hal yang membuat siswa semakin bijaksana dalam proses pembelajarannya.
Beberapa bulan ini, saya mengajar informatika juga pada siswa, materi yang saya berikan adalah bagaimana merakit dan setting layar LED P10 kepada siswa kelas tujuh.
Awal mula mengajar siswa dengan tahapan mengatahui nama alat-alat yang digunakan dalam merakit LED P10. Setelah siswa mengetahui alat dan caranya, siswa merakit perkelompok, dari merakit ini siswa belajar kinestetik juga.
Memang membutuhkan waktu lama dalam pembelajaran ini, hampir empat jam pembelajaran. Jadi saya pisah dalam proses perakitan serta pembuatannya.
Hari berikutnya siswa setting LED P10 sesuai yang saya perintahkan. Beberapa kelompok mungkin lebih cepat dari kelompok lain, namun dari kegiatan tersebut siswa merasakan dan mengetahui apa yang mereka pelajari selama proses merakit dan setting LED P10 itu. (*)
Editor Ichwan Arif