
HAI SCIENCE dalah solusi tepat untuk belajar mandiri maupun kelompok. Dapatkan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan, dengan aplikasi ini kita menjadi berprestasi
Penulis M. Ainun Naim, S.Pd., guru fisika SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik
Selawe.com – Sebagai guru IPA di SMP, tantangan terbesar saya adalah membuat materi sains yang kompleks, seperti struktur atom, tata surya, atau dinamika kemagnetan menjadi mudah dipahami dan menarik bagi siswa.
Pada tahun ajaran lalu, saya memutuskan untuk mengadopsi teknologi Artificial Intelligence (AI), Virtual Reality (VR), dan aplikasi mobile sebagai bagian dari strategi pembelajaran. Hasilnya tidak hanya meningkatkan antusiasme siswa, tetapi juga memperdalam pemahaman mereka terhadap konsep-konsep ilmiah.
Dari siswa menjadi sang juara. Berkat Ide dari siswa yang mendorong saya sebagai guru agar lebih kreatif. : “Ustadz, ayo buat pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan dong! Biar lebih seru dan menarik untuk belajar!” kata siswa.
AI: Pembelajaran Personal yang Adaptif Saya memanfaatkan platform berbasis AI seperti Quizizz dan Socratic by Google untuk menciptakan pengalaman belajar yang personal.
AI membantu saya menganalisis pola kesalahan siswa dalam mengerjakan soal, lalu merekomendasikan materi remedial sesuai kebutuhan individu. Misalnya, ketika siswa kesulitan memahami hukum Newton, platform AI menyediakan video penjelasan singkat dan latihan bertahap yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka.
Selain itu, saya menggunakan ChatGPT sebagai asisten virtual. Siswa bisa mengajukan pertanyaan di luar jam pelajaran, seperti, “Mengapa langit berwarna biru?” atau “Bagaimana cara kerja sel surya?”
AI memberikan jawaban dengan analogi sederhana yang mudah dicerna. Teknologi ini juga memicu siswa untuk berpikir kritis, karena mereka belajar mengajukan pertanyaan yang tepat dan mengevaluasi respons AI secara mandiri.
Salah satu momen paling berkesan adalah ketika siswa ‘berkunjung’ ke Reaktor Listrik melalui Google Expeditions. Mereka mengamati interaksi atom, aliran elektron di lingkungan aslinya. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan.
Aplikasi Mobile: Eksperimen Virtual dan Kolaborasi Aplikasi mobile menjadi alat pendukung yang fleksibel. PhET Simulations memungkinkan siswa melakukan eksperimen fisika atau kimia secara virtual, seperti mengubah variabel dalam hukum Ohm atau mensimulasikan reaksi asam-basa. Mereka merekam hasil percobaan dan membagikannya di grup kelas untuk didiskusikan.
Saya juga menggunakan Kahoot! dan Quizizz untuk kuis interaktif. Siswa bersaing menjawab pertanyaan dengan cepat, yang meningkatkan semangat belajar sekaligus menguji pemahaman.
Selain itu, aplikasi seperti Canva membantu siswa mendesain poster ilmiah atau presentasi kreatif tentang topik yang mereka pelajari.
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa teknologi AI, VR, dan aplikasi mobile bukan sekadar ‘gimmick’, tetapi alat ampuh untuk membangun keterlibatan siswa. Nilai ujian rata-rata kelas meningkat 15%, dan partisipasi dalam diskusi menjadi lebih aktif.
Namun, yang paling membanggakan adalah melihat siswa yang awalnya takut dengan pelajaran IPA kini antusias bereksplorasi dan bertanya, “Pak, besok pakai Hai Science lagi, ya?”
Di era digital, guru tidak perlu takut menjadi ‘tradisional’, tetapi harus bijak memilih teknologi yang relevan dengan kebutuhan siswa. Karena pada akhirnya, sains adalah tentang rasa ingin tahu—dan teknologi adalah kunci untuk membukanya.
Dengan antarmuka yang ramah pengguna dan akses mudah di mana saja, HAI SCIENCE dalah solusi tepat untuk belajar mandiri maupun kelompok. Dapatkan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan, dengan aplikasi ini kita menjadi berprestasi. (*)
Editor Ichwan Arif