
Selawe.com – Hari pertama bekerja kembali usai mendapat libur Natal dan Akhir Semester 1, para guru SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (Mugeb School) mengikuti pelatihan tentang strategi menyusun soal HOTS. Mereka menghadirkan Wakil Dekan 1 FKIP UM Surabaya Dr. Endang Suprapti, M.Pd. sebagai pemateri.
Sebanyak 11 guru pria dan 40 guru wanita duduk di kursi mengelilingi 9 meja bundar. Mereka fokus menyimak Endang yang awalnya mengupas High Order Thinking Skill (HOTS). Lokasinya di Averroes Hall, aula lantai 2 Mugeb School.
“Bagaimana kita mengajarkan anak didik untuk berpikir tingkat tinggi, tidak hanya menghafal. Bagaimana caranya bikin otak panas,” ujarnya membuka pelatihan pagi itu, Senin (30/12/2024).
Pertanyaannya, bagaimana bikin otak peserta didik panas? Endang mengungkap, ketika anak bisa menganalisis masalah yang diberikan, memunculkan ide kreatif, menarik kesimpulan dari berbagai informasi yang abru diperoleh, dan memberikan solusi dengan benar.
Alumnus Universitas Negeri Surabaya ini lantas mencontohkan bagaimana bentuk soal yang hanya mengajarkan anak menghafal. “Bagaimana bunyi sila ke-3? Apalagi sudah ada pilihan jawabannya,” ujarnya.
Adapun tujuan dari menyajikan soal HOTS ini kata Endang ialah membantu siswa meningkatkan kemampuan dalam menganalisis atau memahami masalah berupa informasi secara lebih kritis dan kreatif. “Anak bisa menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Ini level untuk menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi berdasarkan Taxonomy Bloom,” ungkapnya.
Anggota Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini kemudian memaparkan dimensi Taxonomy Bloom yang telah direvisi. Yakni meliputi pengetahuan dan proses kognitif lalu menjabarkan masing-masing dimensi.
Lebih lanjut, kata Endang, guru perlu mendorong anak berpikir kreatif, mampu membuat sesuatu yang baru (novelty) dan menyelesaikan persoalan dengan cara berbeda. “Satu soal, jawabannya bisa jadi ada empat macam dan semuanya benar,” ungkap wanita yang kini berdomisili di Sidoarjo tersebut.
“Karakteristik soal HOTS level 4-6 dan konseptual metakognitif. Biacranya tidak sekadar fakta biasa tapi dikaitkan dengan konsep, prosedur, dan metakognitif,” imbuhnya.
Ia juga membagikan tips, soal HOTS lebih menarik apabila dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari. “Konteksnya real. Bagaimana melakukan pembelajran berbasis konteks. Seperti pada konsep teaching and learning. Di matematika, realistic math education,” terang ibu kelahiran Bojonegoro ini.
Contohnya, di Papua tidak ada kereta, maka jangan memberikan soal tentang kereta. “Hitunglah kecepatan kereta api apabila jarak yang ditempuh sekian. Anak akan berpikir dulu, kereta api seperti apa,” katanya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah. Editor Ichwan Arif.