
Selawe.com – Sebanyak 39 guru dari empat sekolah Muhammadiyah di bawah naungan Majelis Dikdasmen dan PNF PCM GKB Gresik antusias mengikuti External House Training (EHT) fotografi, Jumat (16/5/2025).
Para peserta merupakan guru yang aktif menjadi kontributor Selawe.com serta tim Humas Muhammadiyah GKB (MGKB). Mereka memenuhi Ruang 305 lantai 3 SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB Gresik.
Hadir sebagai narasumber utama ialah Galih Wicaksono, Asisten Redaktur harian terkemuka Jawa Pos. Kehadirannya memungkinkan peserta mendapatkan kesempatan emas untuk belajar langsung dari fotografer berpengalaman.
Para peserta yang sehari-harinya menjadi ujung tombak syiar pendidikan dari Mugeb School, Berlian School, Spemdalas, dan tuan rumah Smamio, fokus menyimak setiap materi yang Galih sampaikan. Penjelasan komprehensif mengenai teknik dasar fotografi, komposisi gambar yang menarik, hingga pentingnya cahaya dalam membidik objek, dia sajikan dengan gaya bahasa yang mudah peserta pahami.
Usai sesi teori yang padat dan informatif, peserta menghadapi tantangan yang sesungguhnya. Mereka diajak untuk mengaplikasikan ilmu yang baru saja mereka serap dalam sesi praktik singkat selama 10 menit. Dengan sigap, mereka menyebar di sekitar area lantai 3 Smamio, mencari sudut pandang menarik untuk mengabadikan momen.
Kendati waktu relatif singkat, semangat para peserta patut mendapat acungan jempol. Terbukti, belum genap 7 menit berjalan, grup WhatsApp khusus pelatihan siang itu mulai ramai dengan unggahan karya-karya terbaik mereka.
Sambil menunggu waktu praktik berakhir, Galih antusias mengajak para peserta mengulas langsung foto-foto yang telah masuk. Diskusi interaktif pun tercipta, di mana setiap peserta mendapatkan umpan balik konstruktif dari narasumber untuk meningkatkan kemampuan fotografi mereka.

Mengulas Karya Peserta
Sorot mata Galih tertuju pada foto proyek pembangunan di sisi barat gedung tempat mereka menajamkan keterampilan fotografi siang itu. Itulah karya Dyah Nurmalita, kontributor berbakat dari Berlian School. Alih-alih sekadar memuji, lulusan Institut Agama Islam Negeri Surakarta ini memberikan saran berharga.
“Ambil keseluruhan bangunan. Bahkan nggak hanya bangunan, orang yang lewat atau siswa jalan sambil bawa buku di pojok juga difoto,” tutur Galih. Sarannya membuka wawasan peserta tentang perspektif yang lebih luas dalam membingkai sebuah karya.
Tak hanya Dyah, karya Bagus Rifani, kontributor asal Smamio, yang memotret objek serupa juga tak luput dari ulasan tajam namun membangun dari Galih. Antusias menyimak dari bangku paling depan, Bagus mendengarkan dengan fokus setiap detail masukan yang Galih berikan.
“Ini komposisinya lebih menunjukkan langit. Porsi langitnya gak usah banyak-banyak. Kalau bangunan, bisa close up ke pekerjanya. Misal pas mereka mengaduk semen,” ujar Galih. Ia memberikan ide konkret bagaimana memperkuat fokus dan cerita dalam setiap jepretan.
Giliran foto kontributor dari Spemdalas, Ria Rizaniyah, yang mendapat ulasan. Ria memotret salah satu kontributor MGKB yang praktik foto. “Lebih bagus lagi kalau modelnya di pagar yang lebih dekat. Sesuai caption, biar terlihat lagi praktik,” terang pria yang berdomisili di Gresik ini.

Keterangan Foto
Selain itu, foto kontributor asal Mugeb School, Sayyidah Nuriyah, tak luput dari penilaiannya. Berbeda dengan Ria yang mengirim foto tampak depan, Sayyidah memotret dari belakang peserta yang sedang praktik.
Foto itu ia beri keterangan lengkap beserta judul dua kata sesuai arahan Galih. Begini keterangannya: “PRAKTIK FOTO: Ilmi Zahrotin, peserta pelatihan fotografi dari Mugeb School, praktik memotret pembangun asrama di sisi barat gedung Smamio. Ia memotret pakai ponselnya dari jendela lantai 3, Jumat (16/5/2025) siang. (Sayyidah Nuriyah)”
Galih berkomentar, “Ini bagus tapi nggak terlihat wajah orangnya yang lagi praktik.”
Menurutnya, tidak masalah jika ada bagian punggung objek yang terpotong. Namun, Galih menekankan, perlu memperlihat wajah sosok yang difoto dan layar hpnya. “Terangkan biar layar hpnya terlihat,” pesan pria yang telah mengabdi di Jawa Pos sejak 2018 itu.
Saat memaparkan materi, Galih juga menerangkan cara menulis keterangan foto. Akhirnya, pada sesi ulasan hasil praktiknya pun ia menyoroti kesesuaian antara foto dan keterangan.
Ia sempat bingung saat membaca keterangan foto Ika Wahyuni, kontributor dari Berlian School. Caption-nya singkat: Pembakaran sampah. Berselang beberapa detik, Galih menyadari objek yang dimaksud berupa asap mungil di bagian atas. Ia lantas menyimpulkan terlalu kecil objeknya.
Tips menentukan angle pun ia berikan usai mengulas foto karya Alif Alfiyah, kontributor Smamio. “Manfaatkan lobi! Di bawahnya ada dua siswa jalan. Kita ambil dari atas untuk menunjukkan sekolah sepi,” terangnya.

Foto Terbaik
Di antara foto yang mendapat pujian dari Galih adalah foto karya Nurma Aini Salsabilla, humas Mugeb School. “Ini bagus tapi langitnya terlalu lebar. Sudutnya sudah lurus, memperhatikan kanan-kiri ini ya memfotonya,” ujarnya.
Kemudian ia menyarankan, keterangan foto lebih tepat jika menuliskan kapan target selesai. Sebab, pemotret mau menginformasikan perkembangan pembangunan gedung baru.
Galih lalu mencontohkan, “Gedung asrama putri Smamio berprogres 60 persen, lalu diikuti keterangan waktu. Gedung tiga lantai ini ditargetkan beroperasi pada Desember 2025.”

Sesi umpan balik dari Galih menjadi oase berharga bagi para peserta. Lebih dari sekadar teknik memotret, ia menanamkan pentingnya kejelian melihat detail dan menangkap esensi sebuah momen melalui lensa.
Saran-saran praktis yang Galih sampaikan membuka cakrawala baru dalam dunia fotografi jurnalistik. Pelatihan ini totalitas membekali mereka dengan kemampuan membidik gambar yang tak hanya indah, namun juga kaya makna.
Usai mengulas 35 foto yang masuk, Galih akhirnya memutuskan tiga foto terbaik. Karya kontributor berbakat dari Berlian School, Waviq Amiqoh, terpilih sebagai terbaik I. Selain itu, Dua karya peserta utusan Mugeb School terpilih. Ialah Nurma Aini Salsabilla (terbaik II) dan Novita Zahiroh (terbaik III). Mereka mendapat hadiah uang tunai dari panitia. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah