Senyum hangat Ms. Zehra Agha, guru tamu dari Pakistan, hadir menyapa peserta didik Mugeb Primary School. Ia berbagi cerita tentang budaya dan makanan tradisional negerinya yang serupa Indonesia.
Selawe.com – Rabu (6/8) siang, suasana kelas III Ceko Mugeb Primary School terasa berbeda. Para peserta didik berbaris rapi di balik pintu, mata mereka berbinar penuh rasa penasaran menanti seorang guru muda memasuki ruangan. Dia adalah Zehra Agha, mahasiswi asal Pakistan yang sengaja datang untuk memperkenalkan negerinya kepada para peserta didik.
“Assalamualaikum. Apa kabar?” sapa Zehra dalam bahasa Indonesia, disambut riuh sorak sorai seluruh penghuni kelas. Sebelum memulai materi, Zehra mengajak mereka bermain “Simon Says” yang membuat suasana makin akrab.
Zehra memulai perkenalannya dengan bendera dan bentuk negara Pakistan. “Kalau bendera Indonesia berwarna merah-putih, bendera Pakistan berwarna hijau-putih; yang melambangkan perdamaian, harapan, dan cinta,” jelasnya dalam bahasa Inggris.
Ia juga memperkenalkan beberapa frasa dalam bahasa Urdu, bahasa Pakistan, dan meminta para peserta didik mengucapkannya bersama-sama. “Mera naam Zehra hai. My name is Zehra. Namaku Zehra,” ujarnya.
Bakso dan Sate Versi Pakistan
Zehra kemudian menjelaskan bahwa mayoritas penduduk Pakistan adalah penganut agama Islam. Mereka juga merayakan Idulfitri dan Iduladha, sama seperti umat muslim di Indonesia.
Berikutnya, Zehra bertanya kepada salah satu peserta didik, Audrey Al Hadid Rizkiawan, tentang tradisi yang ia lakukan saat hari raya. “Aku pergi ke rumah kakekku,” jawab Audrey dalam bahasa Inggris.
Perempuan berusia 21 tahun itu juga mengenalkan beberapa makanan tradisional Pakistan seperti nasi biryani, koftah, nihari, dan sikh-kabab. Ia juga menyebut kemiripannya dengan makanan Indonesia.
“Koftah memiliki tampilan yang mirip dengan bakso, namun kami memakannya dengan saus kari. Sikh-kabab bentuknya mirip sate, begitu pula rasanya. Aku suka sekali makan sate,” pungkasnya.
Zehra juga bercerita tentang kota kelahirannya, Karachi, yang ramai seperti Jakarta, dan Lahore, kota tempatnya menempuh pendidikan.
Antusiasme Para Peserta Didik
Zehra juga menjelaskan tentang keindahan alam Pakistan, Lehengga—pakaian tradisional Pakistan, beragam kesenian, hingga alat musik tradisional, mural, dan kaligrafi. Di akhir sesi, Zehra mengungkapkan bahwa masyarakat Pakistan sangat menghormati dan melayani tamu, nilai yang serupa dengan masyarakat Indonesia.
Seorang peserta didik bernama Ahmad Hakan Zewail bertanya kepada Zehra tentang mata uang Pakistan. “Apa nama mata uang Pakistan?” tanya Hakan. Zehra menjelaskan, mata uang Pakistan adalah Rupee Pakistan.
Saat sesi berakhir, para peserta didik mengerumuni Zehra untuk meminta tanda tangan. Beberapa dari mereka memberikan kudapan sebagai tanda senang mendapatkan materi dari guru tamu yang berasal dari negeri jauh. (*)
Penulis Septemdira Intan Sari Suprobowati Editor Sayyidah Nuriyah