
Selawe.com – Aura keteladanan itu hadir dalam kesederhanaan. Sabtu pagi, 14 Juni 2025, sebuah rumah di Jalan Nitikan, Yogyakarta, menjadi saksi perjumpaan penuh makna antara Pimpinan SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik dengan tokoh senior Muhammadiyah, Drs. Fahmi Muqoddas, M.Hum.
Kepala sekolah Yugo Triawanto, M.Si., bersama jajaran wakil kepala sekolah menyimak dengan takzim wejangan penuh hikmah dari Fahmi Muqoddas—tokoh kelahiran Kauman, tempat Muhammadiyah lahir. Ia bukan hanya pelaku sejarah, tetapi juga penyambung mata rantai sanad perjuangan. Fahmi adalah murid langsung KH. R.H. Hadjid, yang tak lain adalah murid dari KH. Ahmad Dahlan, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah.
Dalam nuansa silaturahmi yang hangat, Fahmi Muqoddas menegaskan bahwa amanah memimpin amal usaha Muhammadiyah bukanlah perkara ringan. Diperlukan kesabaran, keikhlasan, dan orientasi penuh pada jihad fi sabilillah. Ia juga mengingatkan bahwa ketauhidan dalam diri seorang pemimpin menjadi pondasi utama dalam menjalankan kepemimpinan di amal usaha Muhammadiyah. Tanpa keimanan yang kokoh, segala aktivitas bisa kehilangan arah dan makna.
Ia menukil satu ayat kunci:
“وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ”
“Berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu di jalan Allah” (QS. At-Taubah: 41)
Menurutnya, ayat ini menyimpan hikmah mendalam: Allah mendahulukan harta sebelum jiwa, karena manusia lebih berat meninggalkan hartanya. Maka, jihad dengan harta dan tenaga menjadi jalan awal menuju jihad jiwa yang lebih hakiki.
Spirit jihad dan keikhlasan inilah yang menginspirasi kelahiran Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) pada tahun 1968 di Masjid Taqwa Suronatan, Yogyakarta—lembaga kaderisasi ulama tarjih yang dikenal militan, ikhlas, dan konsisten dalam dakwah Islam berkemajuan. Lembaga ini menjadi ladang pengkaderan ideologis yang menyatu antara ilmu, akhlak, dan pengabdian.
“Kami bersyukur bisa bersua langsung dengan tokoh Muhammadiyah yang ilmunya bersanad ke generasi awal Persyarikatan. Ini bukan sekadar kunjungan, tapi ziarah nilai dan penyambung ruh perjuangan,” ujar Yugo dengan mata berbinar.
Suasana pagi itu kian syahdu dalam kesahajaan. Sambutan keluarga besar Fahmi Muqoddas, yang juga kakak kandung tokoh nasional Busyro Muqoddas, menghangatkan pertemuan. Hidangan sederhana pun menjadi simbol kerendahan hati dan kekuatan nilai yang tetap terjaga. (*)
Penulis Ain Nurwindasari. Editor Ichwan Arif.