Blog

Seni Memimpin: Terlahir atau Terbentuk?

88
×

Seni Memimpin: Terlahir atau Terbentuk?

Sebarkan artikel ini
Pemimpin
Seni Memimpin: Terlahir atau Terbentuk?

Kepemimpinan menjadi kualitas penting di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Di lingkungan sekolah, kepemimpinan tak hanya relevan bagi kepala sekolah, tetapi juga bagi guru, staf, bahkan siswa, karena sekolah adalah tempat lahirnya generasi pemimpin masa depan.

Oleh Edy Kurniawan, S.Pd. Waka Humas SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik

Selawe.com – Sejak masa sekolah, Soekarno sudah menunjukkan karisma dan kemampuan orasi yang memukau, bahkan mampu menginspirasi orang dewasa, hingga akhirnya menjadi tokoh sentral dalam pergerakan kemerdekaan saat masih muda.

Sebuah contoh kuat bahwa kepemimpinan bisa muncul sebagai bakat alami. Namun, benarkah kepemimpinan semata-mata bawaan lahir?

Di era yang terus berubah, kepemimpinan menjadi kualitas penting di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Di lingkungan sekolah, kepemimpinan tak hanya relevan bagi kepala sekolah, tetapi juga bagi guru, staf, bahkan siswa, karena sekolah adalah tempat lahirnya generasi pemimpin masa depan.

Oleh karena itu, memahami apakah kepemimpinan merupakan bakat atau hasil pembentukan menjadi sangat penting bagi kemajuan sekolah.

Apabila kita melihat biografi tokoh-tokoh pemimpin yang terkenal, misalnya seperti Soekarno atau Ahmad Dahlan, sepertinya mereka adalah sosok yang memang sejak lahir memiliki jiwa kepemimpinan yang menonjol di antara yang lain.

Seperti kepercayaan diri, ketahanan terhadap stres, atau kecenderungan untuk mengambil inisiatif sering kali muncul sejak usia dini dan bertahan sepanjang hidup. Karakter-karakter ini, yang merupakan bagian dari kepribadian bawaan, menjadi fondasi penting dalam gaya kepemimpinan seseorang.

Dengan kata lain, beberapa individu memang memiliki potensi kepemimpinan alami sejak lahir, yang membedakan mereka dari yang lain dalam cara mereka merespons tantangan dan memengaruhi orang di sekitar mereka.

Akan tetapi, apakah manusia yang memiliki karakter yang menunjukkan kemampuan memimpin yang baik, apabila tidak ditempa dengan pendidikan yang baik, tidak dilatih untuk menjadi pemimpin yang andal, dan tidak memperbanyak pengalaman memimpin dalam berbagai organisasi atau komunitas, tetap bisa menjadi tokoh pemimpin yang menginspirasi?

Tentu tidak. Mereka yang memiliki bakat memimpin pun harus dididik, dilatih, dan mencari banyak pengalaman untuk bisa menjadi pemimpin yang baik.

Sebagian orang mungkin dilahirkan dengan karakter-karakter yang merupakan bakat dasar untuk memimpin dengan baik. Tetapi orang yang tidak dilahirkan dengan bakat tersebut tetap bisa menjadi pemimpin yang baik melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.

Jadi, kepemimpinan adalah seni sekaligus keterampilan. Ada sisi yang merupakan anugerah alami sejak lahir, tetapi juga sebuah kemampuan yang bisa dibentuk. Maka, daripada bertanya apakah kita “terlahir” sebagai pemimpin, lebih baik kita bertanya: “Apa yang bisa saya pelajari hari ini untuk menjadi pemimpin yang lebih baik?” (*)

Editor Ichwan Arif.