Ruang Opini

Guru dan Suri Tauladan

68
×

Guru dan Suri Tauladan

Sebarkan artikel ini
Guru teladan
Guru dan Suri Tauladan

Siswa menganggap gurunya sangat membosankan. Guru-gurunya tidak menarik. Lebih menarik tayangan yang mereka di sosial media dan permainan game on line.

Oleh Rijalul Fikri, M.Si. Waka Ismuba SD Muhammadiyah GKB 2 Gresik

Selawe.com – Sebagai seorang pendidik, guru harus memberikan suri tauladan yang baik. Dalam bahasa Jawa ada istilah digugu dan ditiru artinya seorang guru perkataannya dipercaya dan perilakunya dijadikan contoh oleh siswa.

Yang menarik ketika mengajar murid-murid tingkat dasar atau SD, guru menjadi model kedua setelah kedua orang tuanya. Setiap ucapan dan perkatannya akan ditiru oleh anak-anak. Apakah anak-anak sekarang lebih cepat merespon panggilan atau instruksi? Itu dulu, kata guru-guru di zaman digital.

Kenyataan yang kita jumpai sekarang adalah guru-guru menghadapi tantangan yaitu siswa-siswi gen Z sudah kecanduan media sosial dan permainan game. Yang digugu dan ditiru adalah gawai. Gawai seperti dua sisi mata pisau.

Gawai memberikan banyak akses informasi terbuka dan memiliki sisi lain yang berdampak buruk bagi siswa bila orang tua atau guru tidak mengambil peran lebih dulu dan memberi contoh di depan.

Praktiknya, guru sekarang banyak mengalami kesulitan dalam mengarahkan siswanya. Sebagai contoh saat guru memberi instruksi kepada siswa berkumpul di lapangan, maka banyak siswa yang lebih tertarik bercakap-cakap dengan temannya.

Mereka melihat gurunya sangat membosankan. Guru-gurunya tidak menarik. Lebih menarik tayangan yang mereka di sosial media dan permainan game on line.

Kondisi ini memyebabkan Sebagian guru harus mencari cara agar diperhatikan siswanya. Terkadang guru menunjukkan sikap tidak sabar terhadap siswa-siswinya.

Dampak lainnya, banyak guru gemas dengan perilaku anak-anak sekarang yang susah diatur. Kondisi seperti ini terkadang berdampak buruk terhadap sikap guru terhaadap anak-anak didiknya.

Diperparah lagi, pemberitaan di media ada seorang guru yang menampar siswanya karena bersikap tidak sopan sehingga menampar siswanya. Guru tersebut sampai dituntut ke ranah hukum dengan tutuntun membayar Ganti rugi sejumlah 25 juta rupiah. Namun demikian, masih banyak masyarakat yang menyatakan simpatinya terhadap guru tersebut.

Guru yang menyaksikan kondisi tersebut semakin anti pati terhadap tugas mereka mendidik disamping mengajar dan memberi contoh atau suri tauladan yang baik kepada siswanya.

Maka kepada teman-teman guru jangan berputus asa, ayo peduli terhadap generasi penerus bangsa generasi emas.

Kita harus meng-upgrade diri menjadi lebih komunikatif, inovatif, kreatif dan menarik. Kita sebagai pendidik lebih-lebih guru sekolah Islam, kita harus menjadikan  suri tauladan seperti yang dicontohkan Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Guru juga pemimpin.

Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya empat sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni; 1. Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya; 2. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi; 3. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya; 4. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.

Mari kita menjadi seorang guru yang memimpin dengan menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai role model dan suri tauladan yang baik. (*)

Editor Ichwan Arif