
Guru harus segera beralih active learning dalam pengelolahan kelas. Bukan sekadar bisa menguasai kelas, tetapi lebih penting lagi adalah kelas semakin menyala. Wow.
Selawe.com – Pentingnya manajemen kelas dengan keterlibatan siswa (student engagement) disampaikan Kepala Sekolah Sampoerna Academy Surabaya, Adelina Holmes dalam Pelatihan Manajemen Kelas.
Dalam pelatihan yang diikuti 20 guru yang mengajar di International Class Program (ICP) SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik Jawa Timur, Sabtu (2/10/2024), wanita asal Inggris ini mengingatkan agar guru meninggalkan metode mengajar passive learning menuju active learning.
Membawa materi bertema Classroom Management and Student-Centered Classrooms, dia memberikan contoh praktik mengajar agar siswa tidak bosan selama belajar.
Sambil menunjuk ke arah layar yang menampilkan gambar seorang guru yang sedang mengajar dan siswa yang duduk memperhatikan. Adelina memastikan gambar tersebut mengingatkan guru pada pengalaman belajar mereka belasan tahun silam.
Dalam pelatihan yang berlangsung selama hampir 3 jam tersebut menekankan pada pentingnya meminimalisir Teacher Talking Time (TTT) menjadi Student Talking Time (STT).
“Pertama, echoing, menirukan ulang apa yang diucapkan oleh siswa. Kedua, recasting, menirukan sambil memberi koreksi apa yang diutarakan oleh siswa,” kata wanita yang menyelesaikan studi doktoralnya secara online di salah satu kampus di Amerika ini.
Ketiga, yes no question, memberi pertanyaan pada siswa yang hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak. Keempat, wait time, seharusnya setelah memberikan pertanyaan pada siswa guru memberi waktu siswa untuk berpikir.
“Bukan malah memberondong dengan sejumlah pertanyaan baru hingga siswa tidak memahami pertanyaan sebenarnya,” jelasnya.
Kelima, tag question, pertanyaan yang bersifat closed ended dan hanya membutuhkan pembenaran dari siswa.
Kebiasaan TTT menurut Adelina membuat suasana pembelajaran kurang hidup. Meski guru acap kali mengklaim dia telah membuat kelas selayaknya active learning, padahal yang terjadi bukan menggambarkan active learning yang sebenarnya.
Adelina juga menyampaikan guru sering kali salah memahami active learning yaitu sebagai suatu pembelajaran yang membuat repot guru karena harus menyiapkan berbagai alat peraga ataupun media.
Padahal menurutnya, active learning memberi kesempatan pada siswa agar lebih aktif, bukan sebaliknya.
Peserta pelatihan Emi Dwi Wijayanti, SP.d, mengaku merasa termotivasi dan ingin menerapkan pembelajaran yang lebih baik di kelasnya.
“I think this workshop is super fun. We enjoy a lot and we learn alot about how to handle our classrooom to be student center. I hope after this workshop we can be better teacher to our students (Menurut saya workshop ini sangat menyenangkan. Kami sangat menikmati dan belajar banyak tentang bagaimana mengelola ruang kelas kami menjadi pusat siswa. Saya berharap setelah lokakarya ini kami dapat menjadi guru yang lebih baik bagi siswa kami),” kata guru mapel social di kelas IX ICP ini. (*)
Penulis Ain Nurwindasari. Editor Ichwan Arif
One thought on “Active Learning: Apa Tujuan dan Pentingnya Pembelajaran Ini”