
Saat menyampaikan inilah mereka menceritakan bahwa foto yang mereka bawa tersebut adalah foto ayah mereka. Dalam narasinya mereka bercerita bahwa ayah adalah tokoh paling inspiratif.
Penulis Fitri Wulandari, S.S., M.Pd., guru bahasa Indonesia SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik
Selawe.com – Jika Anda seorang guru, apakah hal yang paling membahagiakan bagi Anda?
Pertanyaan ini tentu menghasilkan berbagai jawaban. Ada yang menjawab apabila mengetahui siswa sukses akan merasa bahagia.
Jawaban lain apabila siswa mendapatkan nilai yang bagus atau bahkan mengetahui bahwa mereka telah memahami materi yang disampaikan sudah cukup membuat seorang guru bahagia.
Konsep kebahagiaan inilah yang saya angkat dalam pembelajaran. Saya dan siswa bersepakat untuk memilih sosok inspiratif. Untuk hal ini, dua siswa secara berkelompok membawa foto tokoh inspiratif mereka.
Secara berkelompok mereka berbicara menyampaikan hal-hal terkait tokoh tersebut. Menceritakan kisah perjuangan meniti karier, latar belakang keluarga, hobi, bahkan kesuksesan yang telah diraih.
Dari sekian foto tokoh, terlihat gambar Bill Gates sebagai pemilik Microsof, Ir. Soekarno sebagai presiden pertama RI, bahkan Maudy Ayunda seorang artis yang sekaligus akademisi.
Namun ada yang cukup menarik. Tampak dua siswa membawa foto tokoh yang berbeda. Tokoh tersebut tidak saya kenal sebelumnya. Rasa penasaran muncul. Setelah menanyakan kesiapan mereka, dua siswa ini diminta maju untuk menyampaikan profil tokoh yang mereka pilih.
Saat menyampaikan inilah mereka menceritakan bahwa foto yang mereka bawa tersebut adalah foto ayah mereka. Dalam narasinya mereka bercerita bahwa ayah adalah tokoh paling inspiratif.
“Banyak tokoh yang hebat. Namun, bagi saya ayah adalah sosok terhebat. Mengapa, karena saya mengetahui dan merasakan sendiri kiprah ayah bagi saya. Ketika saya masih kecil, saya hanya tahu bahwa ayah bekerja setiap hari. Berangkat pagi dan pulang sore. Ayah tidak sering berbicara, hanya menyapa saya saat makan bersama. Menanyakan sekolah dan kemudian meminta saya belajar.”
Saling menambahi, siswa yang lain menceritakan sosok ayahnya sebagai anak pertama dengan 4 sudara kandung.
“Saudara ayah menceritakan bahwa biaya sekolah mereka banyak dibantu ayah. Saat ini ayah terlihat lebih berumur dibandingkan ayah teman-teman yang lain,” jelasnya.
Narasi terkait tokoh inspiratif mereka ditutup dengan kalimat yang sangat indah, “Saya akan menjadi versi terbaik saya,” ujar mereka bersamaan.
Pernyataan spontan yang diiringi tepuk tangan mereka menerbitkan semangat bagi saya. Seketika bahagia dan haru mengalir. Bagaimana tidak, siswa SMP mampu menyampaikan hal penting yang mungkin tek terbesit bagi anak lain seumuran mereka.
Maka, pembelajaran di sekolah akan menjadi saat-saat yang membahagiakan. Pemahaman mendalam terhadap pelajaran akan sangat bermakna jika dikaitkan dengan hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa tidak hanya memahami materi dari buku-buku, namun mereka dapat mengaplikasikannya untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik. (*)
Editor Ichwan Arif