Fenomena Generasi Sandwich, Yuk Kita Kenali!

Generasi Sandwich
Generasi Sandwich
Fenomena Generasi Sandwich, Yuk Kita Kenali!

Generasi sandwich berpotensi terjadi jika orang tua tidak lagi memiliki penghasilan untuk menghidupi diri sendiri. Fenomena ini juga dapat terjadi jika orang tua menganggap anak sebagai investasi masa depan.

Selawe.com Generasi sandwich dikenal sebagai golongan orang-orang yang menanggung semua anggota keluarganya, baik orang tua maupun anak dan saudara kandungnya.

Istilah ini seringkali diibaratkan sandwich, di mana sepotong daging terhimpit dua buah roti. Roti diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak (generasi bawah), sedangkan isi utama sandwich yang terhimpit roti diibaratkan sebagai diri sendiri atau si generasi sandwich itu.

Kondisi ini merujuk pada seorang anak yang telah beranjak dewasa dan terjepit di antara peran ganda dengan bertanggung jawab untuk adik sekaligus orang tua. Apakah kamu termasuk orang dewasa yang telah berkeluarga dan bertanggung jawab untuk biaya hidup, namun di sisi lain juga harus menafkahi orang tua?

Jika benar, maka kamu termasuk generasi sandwich. Lantas, sebenarnya apa itu generasi sandwich, apa saja jenis-jenisnya? Simak penjelasan lengkap dan penyebab kemunculan generasi sandwich di bawah ini.

Generasi Sandwich

Generasi sandwich merupakan fenomena yang terjadi pada seseorang yang harus menghidupi tiga generasi keluarganya. Mereka adalah orang tua, anak, dan diri sendiri.

Istilah generasi sandwich pertama kali diperkenalkan pada 1981 oleh seorang profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat bernama Dorothy A. Miller. Generasi sandwich disebut sebagai generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup ketiga generasi tersebut.

Generasi sandwich berpotensi terjadi jika orang tua tidak lagi memiliki penghasilan untuk menghidupi diri sendiri. Fenomena ini juga dapat terjadi jika orang tua menganggap anak sebagai investasi masa depan.

Orang tua dengan pemikiran tersebut secara sengaja membebani sang anak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Meskipun demikian, generasi sandwich juga dapat terjadi pada seorang anak yang telah menikah, namun tidak mampu menghidupi kebutuhan keluarganya sendiri.

Dikutip dari laman resmi Chapter Health System, terdapat beberapa jenis generasi sandwich. Jenis-jenis generasi sandwich dibagi berdasarkan usianya. Berikut jenis-jenis generasi sandwich selengkapnya.

1. Traditional Sandwich Generation

Generasi sandwich jenis ini paling umum terjadi di Indonesia. Tradisional generasi sandwich merupakan generasi dengan rentang usia 30-50 tahun. Generasi ini bertanggung jawab untuk membesarkan anak-anak mereka, sekaligus memberikan perawatan bagi orang tua yang sudah lanjut usia.

2. Club Sandwich Generation

Generasi sandwich jenis club berada di rentang usia 50-60 tahun yang diapit orang tua lanjut usia, anak-anak, dan cucu (jika sudah punya). Generasi ini bertanggung jawab untuk menafkahi tiga generasi sekaligus mencakup generasi di atas maupun di bawahnya.

3. Open Faced Sandwich Generation

Generasi sandwich terbuka mencakup siapa saja yang aktif dalam merawat orang tua atau keluarga lanjut usia tanpa memandang batasan usia. Sebagian besar mereka belum menikah, namun tanggung jawab mereka berfokus untuk merawat orang tua beserta saudara kandungnya.

Fenomena sandwich generation dapat muncul akibat minimnya persiapan dalam mengelola keuangan dan perencanaan masa depan. Padahal, biaya hidup semakin meningkat sehingga pendapatan yang diterima dapat menjadi pemicu munculnya tekanan finansial.

Hal ini juga dapat disebabkan kurangnya persiapan finansial di masa depan, alhasil generasi sandwich harus memenuhi biaya hidup orang tua. Selain itu, masih banyak orang tua yang berasumsi anak adalah aset masa depan.

Asumsi tersebut menganggap anak merupakan ladang rezeki yang bisa dipanen kelak saat matang. Hal ini yang menjadi penyebab orang tua bergantung pada anak di masa tuanya.

Dari permasalahan tersebut, sudah semestinya orang tua dapat merencanakan keuangan dengan baik di masa depan, dan memutus pemikiran tradisional tentang anak sebagai aset. Dengan memperhatikan hal tersebut dapat mencegah munculnya siklus generasi sandwich pada generasi selanjutnya. (*)

Penulis Ichwan Arif

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *