HeadlineLiputan

Mengenal Allah melalui Self-Consciousness

25
×

Mengenal Allah melalui Self-Consciousness

Sebarkan artikel ini
Kajian Ramadan
Dr Muhammad Arfan Muammar, M.Pd.I dalam kajian iftitah Pengajian Ramadhan Majelis Dikdasmen dan PNF Sabtu (22/3). (Septemdira Intan Sari Suprobowati)

Selawe.com – Pendidikan adalah investasi jangka panjang, tidak bisa kemudian sehari, dua hari, sabu bulan, ada dampak.

Begitulah perumpamaan yang diungkapkan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Dr Muhammad Arfan Muammar, M.Pd.I. pada acara Pengajian Ramadhan yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pendidikan Non-Formal (Dikdasmen dan PNF) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik Kota Baru (PCM-GKB) di Masjid Taqwa Spemdalas GKB, Sabtu (22/3/2025).

Dia mengawali kajian iftitah pagi itu dengan sebuah kisah tentang upaya pemerintah Kota Surabaya untuk memberantas anak jalanan melalui program “Sweeping Street Children” pada tahun 2010 silam.

“Jadi, anak-anak jalanan itu diberi bekal berupa uang SPP, diberikan seragam, buku, dan bahkan uang saku untuk mereka dapat mengenyam pendidikan.”

Namun, lanjutnya, sayangnya program tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan. Dari 50 anak yang terjaring di awal program, seiring berjalannya waktu hanya tersisa 20 anak yang bertahan. Sisanya, lebih memilih kembali ke jalan.

“Ketika ditanyakan alasan kembali ke jalan, mereka menjawab bahwa mereka bisa mendapatkan lebih banyak uang ketika di jalan ketimbang ketika berada di sekolah,” katanya.

Arfan – sapaan akrabnya menjelaskan, fenomena ini menunjukkan bahwasanya self-consciousness atau kesadaran diri dari anak-anak tersebut terkait ilmu masihlah rendah; juga bahwa pendidikan sejatinya adalah bentuk investasi jangka panjang yang dampaknya tidak langsung terlihat. Berbeda dengan situasi di jalanan yang dampaknya lebih cepat terasa.

Lebih lanjut Arfan menjelaskan terkait langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membangun self-consciousness. “Yang pertama adalah harus mengetahui standar nilai  tentang sesuatu, yang kedua harus mengetahui dampak daripada sesuatu, tindak lanjutnya apa, baru kemudian terjadi perubahan,” ucapnya.

Arfan kemudian memberikan contoh dengan mengimplementasikannya pada asyrul awakhir yang merupakan 10 malam terakhir Ramadhan.

“Kita harus tahu standar nilai asyrul awakhir itu apa. Oh, 10 hari terakhir itu ada malam lailatul qadar. Yang kedua, kita harus tahu kalau kita menghidupkan 10 malam terakhir itu dampaknya apa,” tegasnya.

“Setelah itu tindak lanjutnya apa? Kalau sudah begitu ya i’tikaf. Sekarang sudah banyak masjid yang membuka i’tikaf. Begitu kita melakukan tindak lanjut, baru akan terjadi perubahan menjadi ‘the new personality’, atau kepribadian yang baru.”

Arfan pun menambahkan bahwasanya kesadaran diri yang tidak diiringi dengan tindak lanjut, juga belumlah dapat dikatakan menjadi sadar. Kemudian ia mengutip sebuah ungkapan seorang sufi yang artinya, “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal tuhannya.”

Arfan menuturkan bahwa menurut Rumi (re: Jalaluddin Rumi), manusia adalah jagad kecil yang memiliki unsur alam semesta yang merupakan jagad besar, dan adalah bentuk manifestasi dari sifat-sifat Allah, yang salah satunya adalah Maha Teliti.

“Coba bayangkan kalau posisi bumi 10 sentimeter lebih jauh dari matahari, bisa membeku. Kalau 10 sentimeter lebih dekat, bisa terbakar. Begitu juga dengan gula darah. Lebih tinggi sedikit, sakit gula. Kalau tekanan darah lebih tinggi sedikit, bisa pusing. Itu baru dari sifat Allah Maha Teliti, belum dari sifat yang lain,” jelasnya.

Maka, katanya, kita perlu memahami relasi antara Tuhan, manusia, dan alam. “Jika dapat mengaitkan relasi tersebut dalam membangun kesadaran diri, maka dengan izin Allah kita akan dapat digolongkan menjadi manusia yang bertaqwa,” tandasnya. (*)

Penulis Septemdira Intan Sari Suprobowati. Editor Ichwan Arif.