
Petunjuk penting yang diberikan Islam kepada umatnya sangat bermanfaat untuk terus kita ulang-ulang agar diketahui dan pada saat yang sama untuk kita amalkan.
Oleh M. Taufik, Waka Sarana SD Muhammadiyah GKB 2 Gresik
Selawe.com – Mungkinkah dapat mewujudkan anak yang dapat menyejukkan hati dan bisa meneduhkan pandangan? Menjadi anak sang permata hati (Qurratu ‘Ayun) di era teknologi seperti saat ini?
Salah satu perhiasan hidup yang didambakan oleh semua orang tua adalah hadirnya anak-anak di tengah-tengah keluarga.
Sungguh, rasa bahagia akan terasa lebih sempurna manakala di sebuah keluarga hadir anak-anak yang manis-manis dan menyejukkan hati
Dalam kehidupan di era sekarang ini, memang agak sulit sekali menjumpai anak-anak kita, yang benar-benar merupakan permata hati. Namun bukan berarti tidak ada dan tak mungkin, hanya sedikit sekali jumlahnya bila diprosentasekan.
Hal ini terjadi, adanya kemajuan tehnologi dan perkembangan zaman yang cukup pesat, dengan berbagai macam bentuk dan modelnya, seperti internet, televise. Di sisi lain tidak diimbangi dengan pembekalan pendidikan agama/karakter yang memadai, sehingga terjadi ketidak seimbangan dalam hidup ini.
Oleh karena kedudukan anak itu sebagai pelanjut perjuangan orang tuanya dalam menegakkan dan memperjuangkan agama Allah di muka bumi ini, maka proses pembelajaran dan pengkaderan harus sudah dimulai dari mereka masih dalam usia dini.
Petunjuk penting yang diberikan Islam kepada umatnya sangat bermanfaat untuk terus kita ulang-ulang agar diketahui dan pada saat yang sama untuk kita amalkan.
Mendidik secara Benar
Kalau kita teliti dan baca dalam bahasa Al-Qur’an ataupun hadits, maka akan kita temukan banyak informasi tentang masalah keberadaan anak bagi kita.
Di antaranya, anak sebagai amanah, perhiasan, dan cobaan. Maka kita sebagai orang tua harus pandai-pandai untuk merawat dan mendidiknya secara benar.
Benar di sini tidak lain ukurannya adalah apa yang telah dicontohkan oleh Nabi melalui Al-Qur’an dan Sunnahnya sehingga si anak dapat tumbuh-kembang menjadi anak yang sholeh.
Bahkan, lebih lugas dari itu, di tangan kedua orang tuanyalah, soal apakah si anak kelak menjadi muslim atau sebaliknya (menjadi kafir). Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Tiap-tiap anak dilahirkan menurut fitrah. Maka kedua orang tuanya-lah yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR Bukhori).
Secara praktis yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak-anak kita agar menjadi generasi yang menyejukkan hati “Qurratu ‘Ayun”, maka yang harus dilakukan adalah, pertama, berdoa agar (mendapat) barakah, mohon perlindungan, dan diusap langit mulutnya dengan kurma (atau yang semisal dengan itu), ketika ia baru lahir. Sabda Nabi yang artinya:
“Dari Aisyiyah Ra, bahwa jika Rasulullah memperlakukan bayi maka beliau mendoakannya dengan barakah, dan dicetakinya” (HR. Muslim).
Kedua, memberi nama yang bagus pada saat lahirnya, atau pada hari ketujuhnya, tunaikan aqiqoh, kemudian cukurlah rambut kepalanya seluruhnya. “Kamu akan dipanggil kelak di hari kiamat, nama-namamu dan nama-nama orang tuamu. Maka, baguskanlah nama-namamu” (HR Abu Dawud).
Ketiga, menanamkan ideologi/ketauhidan yang benar, penghayatan tauhid, menjauhi yang syirik dalam bentuk ucapan, perbuatan atau pikiran/hati (QS. Luqman: 13).
Keempat, birul walidain (mengajarkan tata krama dan adab sopan santun terhadap kedua orang tua) (QS. Luqman: 14). Kelima, mengajarkan shalat, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, serta bersabar dalam menghadapi segala cobaan hidup (QS. Luqman: 17).
Keenam, menanamkan sikap tawadu’ (tidak sombong), serta merendahkan tutur katannya, baik kepada Allah ataupun sesama (QS. Luqman: 18-19). (*)
Editor Ichwan Arif