Ngeri Nggak Sih, Hidup di Negeri Horor?

Film Horor
Film Horor
Ngerinya Nggak Sih, Hidup di Negeri Horor?

Gimana rasanya hidup berdampingan dengan Ratu Pantai Selatan, pocong, genderuwo, kuntilanak, kalong wewe, tuyul, ataupun babi ngepet. Ngebayang nggak? Trus, gimana hidup berdampingan dengan para koruptor? Apa nggak lebih menakutkan?

Selawe.com – Apa nggak ngeri, kita benar-benar tinggal di negeri yang penuh ketegangan, menakutkan, horor? Pastinya nggak pernah membayangkan hal itu terjadi.

Pinginnya, hidupnya bahagia, menyenangkan, plus tersenyum ceria. Ya, itu dambaan semua orang, termasuk diri kita.

Indonesia, belakang ini banyak dibanjiri film bergenre horor. Penikmat film pun berbondong-bondong pingin menyaksikan sensasinya. Melihat pocong, genderuwo, kuntilanan, atau sejenis yang bisa membuat bulu kudu secepat kilat berdiri.

Atau, merasakan keangkeran rumah atau gedung kosong. Yang di sana sini penuh dengan alunan musik yang mencekam. Sesaat kemudian, kita dikagetkan dengan hadirnya monster mengerikan. Darah menetes dari matanya atau sosok manusia yang tanpa kepala.

Film-film horor, terutama yang bernuansa mistis, banyak mewarnai industri film Indonesia belakangan ini. Film-film ini laris, dan bahkan mengalahkan film-film genre lain. Demi peruntungan laba karena bisa meraup untung dari penjualan karcis bioskop.

Baca juga: Jusuf Kalla Library di Tengah Dahaga Literasi Indonesia

KKN di Desa Penari, sebuah film horor yang dirilis pada tahun 2022, membuat kejutan besar di industri film Indonesia. Film ini terlaris sepanjang masa di tanah air. Jumlah penontonnya di bioskop mencapai 10,1 juta orang.

Film ini mengalahkan rekor yang sebelumnya dibukukan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, selama lebih dari enam tahun.

Film komedi itu sendiri, saat dirilis tahun 2016, membukukan jumlah penonton di bioskop hampir 7 juta orang. Urutan ketiga film terlaris sepanjang masa juga film horor, yakni Pengabdi Setan 2: Communion. Film ini hanya kalah sekitar setengah juta penonton dibandingkan dengan Warkop.

Film KKN di Desa Penari hanya kalah dari film garapan Marvel Studio yang dirilis tahun 2019, Avengers: Endgame, yang memang menempati puncak box office di berbagai penjuru dunia. Film itu membukukan jumlah penonton 11,2 juta saat diputar di bioskop-bioskop Indonesia.

KKN di Desa Penari adalah salah satu bukti bahwa masyarakat Indonesia terobsesi film-film horor. Film itu sendiri diangkat dari cerita viral berjudul sama, yang mengisahkan enam orang mahasiswa yang menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa terpencil.

Namun, mereka sama sekali tidak menyangka bahwa desa yang mereka pilih bukanlah desa biasa, melainkan desa yang terkait dengan penari misterius.

Indonesia sejak kecil dicekoki oleh cerita-cerita hantu atau makhluk halus seperti Ratu Pantai Selatan, genderuwo, kuntilanak, kalong wewe, tuyul, babi ngepet dan lain-lain.

Para orang tua, saat berbagi cerita-cerita seperti itu sering kali tidak memiliki pengetahuan yang memadai untuk menjabarkan kemungkinan adanya penjelasan logis di balik hal-hal supranatural tersebut sehingga cerita-cerita itu tertanam dalam diri anak-anak itu hingga dewasa.

Kayaknya, semakin minatnya penikmat film dengan genre film horor, ada kemungkinan nggak sih mereka suka dengan hal-hal berbau horor? Atau, malah mereka ingin hidup di negeri horor? Beraktivitas bersama-sama icon film horor. Apa nggak ngeri!

Baca juga: Marwah Perpustakaan

Indonesia Negeri Hororkah?

So, sebenarnya ada atau tidaknya film horor, negeri kita sudah menjadi negeri horor. Bukan karena adanya makhluk gaib yang menakut-nakutkan kita semacam pocong, genderuwo, kuntilanak, kalong wewe, tuyul, atau babi ngepet. Tetapi, kasus korupsi bisa menjadikan horor juga.

Negeri kaya raya, tetapi harta hanya dinikmati secuil orang atau oknum saja. Mereka mengejar uang, makan uang, menelan uang untuk keluarga atau kroninya. Perutnya membesar gegara uang rakyat.

Pemberitaan yang mengabarkan korupsi di setiap jenjang paling rendah sampai ke jenjang atas. Mereka seakan-akan menjadi pocong, genderuwo, kuntilanak, kalong wewe, tuyul, atau babi ngepet untuk bisa mengambil uang yang bukan haknya.

Apa nggak lebih horor dari film horor yang kita saksikan di layar lebar di sebuah ruang yang dinamakan gedung bioskop itu? Silakan Anda menilai sendiri! (*)

Penulis Ichwan Arif. 

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *