
Skill menulis harus diberikan porsi yang lebih banyak. Untuk bisa memberikan kebermaknaan dalam bentuk pengalaman belajar, menulis harus lebih diberikan dalam bentuk praktik, bukan tampilan slide PPT.
Penulis Ichwan Arif
Selawe.com – Menulis adalah kegiatan menuangkan ide, gagasan, opini, atau cerita ke dalam bentuk tulisan. Skill ini penting untuk melatih berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Maka, dalam pembelajaran di sekolah, kemampuan menulis harus menjadi sarana terbaik, bagaimana menjadikan mengikat pengetahuan siswa. Di satu sisi, mereka belajar menuangkan ide kreatif, di sisi lain mereka belajar berkomunikasi.
Pelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks, menulis menjadi salah satu strategi terbaik, bagaimana siswa memiliki kemampuan menulis. Mereka diajak mengeksplor daya kreativitas, imajinasi dalam menuangkan ide-idenya.
Teks deskripsi contohnya. Di sini siswa harus diajarkan bagimana memiliki kemampuan dalam menggambarkan suasana, alam, lingkungan, suasana, maupun perasaan. Ini tidaklah mudah, dalam proses teknisnya, penulis harus mampu ‘melukis’ dengan detail apa yang dirasa, dilihat, maupun didengar.
Bagaimana isi teks deskripsi yang dibuat nanti mampu membuat pembaca terenyuh ketika membaca deskripsi dengan olahhati. Pembaca seolah-oleh melihat sendiri, mendengar sendiri apa yang telajh dilukiskan penulis.
Di sinilah siswa diajari untuk mengasah pencitraan dari pancaindera yang dimiliki. Kalau materi hanya disampaikan dengan berceramah, maka teks deskripsi hanya dipahami di tataran konsep semata. Tak ayal, kemampuan menulis menulis hanya omon-omon semata.
Skill menulis harus diberikan porsi yang lebih banyak. Untuk bisa memberikan kebermaknaan dalam bentuk pengalaman belajar, menulis harus lebih diberikan dalam bentuk praktik, bukan tampilan slide PPT.
Teks prosedur, teks ekplanasi, maupun teks laporan yang menjadi materi siswa kelas IX, benar-benar siswa diberikan pengalaman yang menyenangkan. Pembelajaran menulis harus ditransformasikan dengan lebih halus, lebih tenang, dan lebih membahagiakan.
Kayak strategi ini juga tidak mudah dan juga tidaklah sulit. Mengapa? Pembelajaran menulis itu tergantung pada guru karena dialah yang memiliki ‘kuasa’ di kelas. Mau diapain siswanya, metode apapun yang digunakan, itu wewenangnya adalah guru pengajar.
Tetapi, kalau guru hanya berorientasi pendek, maka menulis hanya sekadarnya saja. Maka yang didapat berupa makna dan pengalaman dalam belajar siswa juga apa adanya semata.
Di sinilah peran guru seharusnya. Guru harus dibuat gelisah. Semakin guru gelisah, maka akan banyak cara yang akan digunakan. Dia akan terus berpikir menentukan serep mujarab bagaimana cara atau metode pembelajaran.
Siswa harus diberikan tantangan. Dia menulis deskripsi lingkungan, perasaan, menulis laporan, menulis argumentasi, menulis cerpen, menulis teks eksplanasi. Untuk itu, guru harus mampu menstimulus dan memberikan semangat atau motivasi sehingga ide siswa bisa dituangkan dalam bentuk tulisan.
Itulah kebermaknaan dan pengalaman belajar yang sangat mahal. (*)