Desa Bungah dan Kisahnya

Desa Bungah
Desa Bungah
Alun-Alun Desa Bungah, Kabupaten Gresik (Selawe.com/Fitri Wulandari)

Selawe.com – Desa Bungah, merupakan sebuah desa yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Gresik. Desa Bungah yang memiliki sejarah penting bagi perkembangan Islam di Kota Gresik.

Hal tersebut disebabkan masyarakat percaya bahwa Desa Bungah berkaitan dengan seorang ulama Islam asal Bugis, Makasar, bernama mbah Kyai Gede. Beliau merupakan salah satu murid Sunan Giri, salah satu dari wali songo yang ada di daerah Giri, Gresik.

Dalam buku Sedjarah Bungah dan Bergeloranya Pesantren Sampurnan, disebutkan bahwa mbah Kyai Gede merupakan pedagang kelapa. Menjajakan dagangan kepada masyarakat Gresik sembari berdakwah menyebarkankan ajaran Islam.

Sebelum kedatangan Mbah Kyai Gede, Bungah merupakan daerah yang terkesan kumuh, bahkan masyarakatnya banyak yang melakukan maksiat seperti judi, main perempuan, dan sabung (permainan mengadu/perkelahian) ayam.

Misi dakwah yang dijalankan Mbah Kyai Gede dilakukan dengan menggajak pemuda pemudi sekitar untuk membuat taman bunga. Keindahan taman bunga tersebut menjadikan banyak orang yang ingin datang menyaksikan.

Prasasti Desa Bungah
Tulisan tentang Desa Bungah yang terdapat di Alun-Alun Desa Bungah, Kabupaten Gresik (Selawe.com/Fitri Wulandari)

Orang yang datang tersebut kemudian diberi pengetahuan tentang Islam dan sekaligus diajak masuk Islam oleh mbah Kyai Gede. Ternyata cara yang digunakan oleh beliau ini cukup ampuh. Alhasil, banyak masyarakat yang kemudian masuk Islam, bahkan menjadi santri.

Terkait asal usul kata “bungah” ada beberapa cerita yang berkembang di masyakat. Sebagian masyarakat ada yang menganggap “bungah” merupakan akronim (penggabungan kata) dari kata ‘bungah’ yang bermakna senang, suka dan kata ‘sabung’ karena sebelum kedatangan mbah Kyai Gede ke desa ini, masyarakat di desa ini senang sekali dengan menyabung ayam. Maka desa ini di beri nama Desa Bungah, yang berarti senang. 

Sejarah penyebutan nama Bungah juga tidak lepas dari keberadaan pohon kelapa yang cukup melimpah pada zaman dulu. Dikenal sebagai ‘bongo’, sebuah kata dari bahasa Sulawesi yang bermakna kelapa. Terkait ini, dapat kita lihat dari plakat yang dipasang di Alun-Alun Desa Bungah.

Berada di pertigaan desa Bungah, terdapat tulisan besar I LOVE DESA BUNGAH yang di sisi kanan dan kirinya berdiri sebuah miniatur pohon kelapa lengkap dengan daun dan buah. Di sekeliling terdapat taman bunga dan kolam berbentuk lingkaran berukuran sekira 2 meter. Di taman ini terdapat tulisan yang berbunyi:

Asal nama Bungah menurut cerita lalu hanyalah suatu kelompok yang hidup jauh dari keramaian yaitu berada di tengah sawah yang di pinggiran Sungai Bengawan Solo dan banyak tanaman pohon kelapa.

Menurut cerita yang dianggap sesepuh desa, bahwa bunga dan buah kelapa diartikan ‘bongo’ maka terjadi penyebutan desa, yaitu dinamakan Desa Bungah sampai sekarang ini.

Nama Desa Bungah muncul pertama kali pada masa mbah Kyai Gede tercatat dengan nama Bongo (Jawa). Berjarak sekitar 3 meter dari area teman, terdapat sebuah joglo. Di sisi dalam kompleks Alun-Alun Bungah ini nampak beberapa wahana permainan anak dan penjual kuliner. (*)

Penulis Fitri Wulandari. Editor Ichwan Arif.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *