Pemimpin Itu Harus Humanis, Bebaskan Guru Berekspresi

Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jatim
Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jatim
Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PWM Jawa Timur, Prof Dr Khozin MSi. Saat menyampaikan materi di Darul Arqam untuk Kepala dan wakil kepala sekolah AUM Pendidikan di lingkungan GKB Majelis Dikdasmen dan PNF PCM GKB Gresik, Sabtu (17/1/2025).

Pemimpin itu tidak boleh berhenti belajar. Meskipun sekolahnya sudah besar, tidak boleh berhenti belajar. Maka, pemimpin itu harus humanisasi, mampu memanusiakan manusia

Selawe.com – Pemimpin itu harus mampu mengubah dari yang baik menjadi lebih baik disampaikan Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Prof Dr Khozin MSi, Sabtu (17-18/1/2025).  

Dalam acara Darul Arqam untuk Kepala dan wakil kepala sekolah AUM Pendidikan di lingkungan GKB Gresik yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik ini, dia menyampaikan setelah bisa lebih baik harus lebih unggul.

“Pemimpin itu banyak tantangannya. Kalau sekolah yang sudah besar, tantangannya adalah uang. Dia akan diuji dengan saldo yang berlimpah,” terangnya dalam acara yang mengangkat tema Inculcating Muhammadiyah’s Values and Virtues ‘Together Stronger and Stronger Together’ di Rayz UMM Hotel Malang.

Dia menuturkan pemimpin itu tidak boleh berhenti belajar. Meskipun sekolahnya sudah besar, tidak boleh berhenti belajar. Maka, sambungnya, pemimpin itu harus humanisasi.

“Pemimpin harus bisa memanusiakan manusia. Kalau sudah selesai bekerja, segera pulang. Ojo kereng-kereng. Kalau ada guru yang tidak maksimal kerjanya ya perlu dibina,” katanya.

Menjadi pemimpin, terangnya, harus memiliki harmoni. Dia harus gentle. Maka pemimpin itu harus transendensi, humanis dan memberikan kebebasan para guru dalam berkreasi dan berinovasi.

Potensi menjadi Pemimpin

Prof Dr Khozin MSi mengatakan kita semua memiliki potensi menjadi pemimpin. Maka Ketika kita diamanahi menjadi kepala sekolah harus bisa menentukan manajemen sekolah yang bisa memberikan perubahan, pertumbuhan, dan restrukturisasi.

“Baik buruknya pembelajaran itu tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Maka sarana pembelajaran harus dipantau dengan baik. Intinya, kepala sekolah harus detail dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya,” paparnya.

Selain kepala sekolah, lanjutnyha, wakil kepala sekolah juga harus detail. “Harus keliling ruang kelas, halaman, kamar mandi. Jangan hanya dating sekolah lalu masuk kantor, duduk leyeh-leyeh,” ucapnya.

Selain itu, terangnya, kepala sekolah juga harus memiliki keberanian yang didukung Majelis Dikdasmen dan juga PCM-nya. Kepala sekolah dan wakilnya silakan bereksperimen.

“Kalau sekolah ini kita desain dengan biasa-biasa saja, maka hasilnya juga akan biasa-biasa saja. Maka, sekolah harus kita desain dengan tidak biasa-biasa saja supaya bisa menghasilkan yang luar biasa. Di sinilah tuntutan kepala dan wakil kepala sekolah sangat menentukan,” katanya.

Dia menerangkan, sekolah harus bisa keluar dari zona nyaman. Guru harus dituntut untuk terus berinovasi. Kalau mereka berada di zona nyaman, maka itu akan menjadi penggangu perubahan.

“Pemimpin yang transformasional itu diharapkan terbuka dengan ide-ide besar. Jangan alergi dengan perubahan. Fokus ubah mindset, dan segera keluar dari zona nyaman,” tekannya.

Harapan ketiga, lebih aktif mendengarkan daripada berbicara. Keempat, lebih toleran terhadap risiko. Kelima, mau bertanggung jawab dengan lengkah-langkah yang diambil tim apakah hasilnya baik atau buruk. Keenam, ajak tim untuk kerja sama. Ketujuh, mampu menginspirasi. Kedelapan, mampu beradaptasi.

“Kesembilan, progresif yaitu berkemajuan,” tuturnya.

Dia berharap Gerakan Islam, dakwah, dan tajdid harus kita pegang. Pendidikan itu Gerakan dakwah. Kepala dan wakil kepala sekolah harus memilkiki transendensi yang kuat yang mampu menginspirasi. (*)

Penulis Ichwan Arif

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *