Berburu Bonggolan Aneka Rasa di Rombong Kejujuran Pak Udin

Bonggolan sidayu
Ain Nurwindasari, M.RIKH membeli bonggolan di Rombong Kejujuran. (Selawe.com/Sayyidah Nuriyah)

Bentuk dan rasa bonggolan mirip cireng khas Bandung. Hanya saja cikal bakal kerupuk ikan ini lebih panjang dan kenyal. Penyajiannya bisa dengan cukup dikukus saja atau digoreng lebih lanjut. Disuguhkan dengan cocolan saus sambal bikin tambah nikmat.

Selawe.com – Mengunjungi Gresik di jalur Pantura rasanya tak lengkap tanpa mencicipi jajanan khasnya. Ya, bonggolan khas Sidayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Dalam Bahasa Jawa, merujuk Kamus Bahasa Jawa Indonesia https://kbji.kemdikbud.go.id/, “bonggol” berarti bagian pangkal batang pohon. Nah, kalau jajanan olahan daging ikan laut plus tepung kanji ini, tidak ada kaitannya dengan pangkal batang pohon ya. 

Bentuk dan rasa bonggolan mirip cireng khas Bandung. Hanya saja cikal bakal kerupuk ikan ini lebih panjang dan kenyal. Penyajiannya bisa dengan cukup dikukus saja atau digoreng lebih lanjut. Disuguhkan dengan cocolan saus sambal bikin tambah nikmat.

Seiring persaingan pengusaha bonggolan yang kian ketat, lahirlah inovasi bonggolan aneka rasa. Pencetusnya adalah pendidik sekaligus pengusaha asal Mriyunan Sidayu bernama Muhammad Khoiruddin, S.Pd.

Udin–sapaan akrabnya–menjual bonggolan dengan tujuh varian rasa. Meliputi original, pedas, sosis original, sosis pedas, sayur, buah, dan keju mozarella. Dengan membayar Rp 5 ribu setiap lonjor, bonggolan berbungkus daun pisang ini sudah bisa dinikmati.

Harga bonggolan di rumah yaitu Rp 7-8 ribu. Kenapa harganya di Rombong Kejujuran lebih murah? Rp 2-3 ribunya ia ikhlaskan sebagai bentuk apresiasi atas kejujuran pembeli.

Selepas mengajar, guru SD Muhammadiyah Sidayu ini lanjut mengirim bonggolan dan kerupuk bikinannya. Bonggolan bermerk “Wong Dayu” ini banyak diminati warga di luar Gresik. Tak jarang ia mengirim ke Sidoarjo, Surabaya, Lamongan, bahkan Malang.

Rombong Kejujuran yang menjual bonggolan milik Udin di Pasar Sidayu. (Selawe.com/Sayyidah Nuriyah)

Rombong Kejujuran

Sejak awal Januari 2016, Udin mulai menjual bonggolan melalui gerobak bertajuk “Rombong Kejujuran”. Idenya terinspirasi dari program kantin kejujuran yang ia gagas saat masih mengabdi di SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik. Di mana para siswa membayar uang di stan tanpa penjaga/penjual.

Setelah kembali ke kampung halamannya, ia menggagas konsep serupa. “Saya buat Rombong Kejujuran di depan Pasar Sidayu,” ungkapnya, Sabtu (4/1/2024) pagi.

Lokasinya di depan plang Pasar Sidayu, sekitar Alun-alun Sidayu. Sekitar 50 meter dari Pos Polisi. Tepatnya di seberang Museum Kanjeng Sepuh Sidayu. Di belakangnya ada stan penjual bakso.

Udin sengaja meletakkannya di dekat rumah agar mudah mengisi ulang jika stok habis. Masih terang dalam ingatan Udin, ia mendapati banyak cemooh dari orang sekitarnya.

“Niat jualan atau tidak? Jualan kok digeletakkan begitu saja di rombong,” ujarnya mengenang komentar negatif yang ia terima saat mulai menjalankan inovasi ini.

Komentar itu tak ia hiraukan. “Sekarang sudah hampir 9 tahun. Bertambah jadi ada dua gerobak,” ungkapnya melalui pesan WhatsApp. Ia sedang sakit sehingga tidak bisa menemui saya di Rombong Kejujuran.

Kenapa menjual di rombong tersebut? Udin berharap, melalui lapak berupa rombong di tepi jalan yang termasuk di kawasan Pasar Sidayu itu bisa mempermudah pembeli.

“Supaya bisa beli langsung dari kendaraannya, drive thru. Tidak pakai parkir sepeda atau mobil, tidak pakai masuk pasar,” terang pria asli Mriyunan Sidayu ini.

Ia bersyukur, lambat laun banyak orang yang tahu dan membeli. Ia bahkan mendapat dukungan dari warga sekitar.

“Banyak orang di sekitar rombong itu justru membantu. Kalau habis, mengabari di rumah. Ada yang membantu memberikan kembalian bagi pengunjung yang uangnya tidak pas,” imbuhnya.

Bonggolan Wong Dayu aneka rasa. (Selawe.com/Sayyidah Nuriyah)

Respon Positif

Respon positif ini tidak datang tiba-tiba. Pada hari Jumat, Udin bikin program Jumat Berkah. “Saya bikin bonggolan, saya bagikan ke tukang becak dan bakulan di sekitar. Akhirnya mereka merasa memiliki juga,” jelas Udin.

Menilik sejarahnya, kemunculan Rombong Kejujuran ini karena kala itu Udin tidak punya tenaga SDM untuk menjaga. Di samping itu, ia ingin memberikan pembelajaran kepada warga Sidayu untuk bersikap jujur.

“Ada yang sudah ambil, 2-3 hari kemudian telepon saya, Pak, saya kemarin lupa bawa bonggolan 20 belum bayar, lalu membayar. Ada yang kasih uang Rp 2 ribu tapi bawa bonggolan 10 juga ada,” kenangnya.

Pernah dia pulang sebentar. Ketika kembali sudah tidak ada beberapa biji tapi uangnya tetap. Alias mengambil tanpa membayar.

Sejauh ini Udin belum melayani pembukaan franchise. Padahal sudah banyak yang meminta di Sekapuk. Sebab, tidak ada yang mengantar.

Alhasil, selain di Gerobak Kejujuran, ia hanya melayani pembelian di rumahnya. “Beli di rumah untuk dijual lagi. Ada orang Ramayana, Pemda, New Era,” kenangnya.

Dulu, ia berjualan di GKB pada Ahad pagi. Mantan wali murid biasa beli di stannya. “Dalam sehari bisa habis 200 lonjor. Dulu jalan masih sepi, belum ada dumptruck. Jam 8 pagi sudah habis. Sekarang sudah banyak yang jual juga,” ujarnya.

Melihat rombong itu, salah satu pembeli Waviq Amiqoh, M.Pd mengaku kagum.  “Kagum banget kok masih ada rombong kejujuran. Mungkin ini rombong bonggolan kejujuran pertama se-Indonesia,” ujarnya.

Waviq meyakini pengunjung pasar pasti dari berbagai kalangan masyarakat. “Keren, latihan kejujuran ini sudah berjalan lama,” tambahnya.

Tertarik merasakan gurih dan kenyalnya bonggolan khas Sidayu bikinan Pak Udin? Silakan menghubungi Pak Udin di nomor WhatsApp 081330258844. (*)

Penulis Sayyidah Nuriyah. Editor Ichwan Arif.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *