Ki Hajar Dewantara, Deep Learning, dan Pendidikan Berkualitas

Deep Learning
Deep Learning
Ki Hajar Dewantara, Deep Learning, dan Pendidikan Berkualitas

Selawe.com –  Di era global dan kemajuan teknologi ini, pendidikan Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk melahirkan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga tangguh secara emosional, adaptif dalam menghadapi perubahan, serta memiliki karakter yang kuat.

Salah satu pendekatan yang kini menjadi sorotan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah deep learning atau pembelajaran mendalam, yang berlandaskan tiga prinsip utama: mindful (berkesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful (menggembirakan).

Konsep ini mendapat perhatian khusus ketika Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan pentingnya tiga prinsip tersebut sebagai fondasi dalam menciptakan pendidikan berkualitas.

Lebih dari sekadar slogan, mindful, meaningful, dan joyful adalah panduan strategis dalam merancang proses belajar yang lebih mendalam dan holistik.

Pendekatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kognitif peserta didik tetapi juga untuk mengaitkan pengetahuan dengan konteks nyata serta menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan.

Dengan demikian, pendidikan bukan lagi sekadar sarana transfer pengetahuan, melainkan menjadi ruang untuk membentuk kesadaran, karakter, dan keterampilan hidup yang lebih utuh dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Bukan Sekadar Metode

Secara mendasar, deep learning bukan sekadar metode pengajaran, melainkan sebuah paradigma pendidikan yang menekankan pemahaman mendalam, refleksi kritis, serta penerapan pengetahuan dalam konteks nyata.

Pendekatan ini mendorong siswa untuk tidak hanya menghafal fakta tetapi juga mengaitkan berbagai konsep, berpikir kritis, serta menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang reflektif dan inovatif.

Namun, deep learning seharusnya tidak hanya berfokus pada pengembangan aspek kognitif semata. Pendidikan yang efektif harus mampu mengasah dimensi emosional, moral, estetika, dan spiritual siswa.

Dalam konteks ini, filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara memberikan panduan berharga: pendidikan harus seimbang antara olah pikir (kognitif), olah hati (emosional dan moral), olah rasa (estetika dan kepekaan seni), dan olah raga (kesehatan fisik).

Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan yang ideal tidak hanya mencetak generasi yang pandai dalam aspek kognitif, tetapi juga memiliki kepekaan hati, jiwa yang tenang, rasa estetis yang kuat, serta fisik yang sehat.

Prinsip ini sangat sejalan dengan filosofi deep learning, yang menekankan proses belajar tidak hanya sebagai upaya memahami teori dan fakta, tetapi juga sebagai sarana membentuk kesadaran penuh (mindful), membangun relevansi dalam setiap pembelajaran (meaningful), serta menciptakan suasana belajar yang menggembirakan (joyful). (*)

Penulis Ichwan Arif

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *