
Selawe.com – “Apa sih yang sebenarnya kita cari dalam hidup ini?” tanya Muhammad Thoha Mahsun, S.Ag., M.Pd.I., M.Hes. membuka penguatan spiritual di hadapan guru dan karyawan SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik, Rabu (11/6/2025).
Dalam suasana teduh dan reflektif, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik ini mengajak para pendidik merenungkan hakikat terdalam dari ibadah.
Dengan mengangkat tema Falsafah, Makna, dan Prinsip Ibadah, dia menjelaskan bahwa pengertian ibadah dalam pandangan Muhammadiyah, sebagaimana tertuang dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM), adalah membentuk pribadi muttaqin—orang-orang yang bertakwa.
“Orang yang beruntung itu, hidupnya selalu bahagia,” ungkapnya seraya mengutip Q.S. Ali Imran ayat 130.
ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertakwalah kamu kepada Allah agar kamu beruntung.”

Pesan takwa yang berulang kali ia sebut bukan sekadar jargon spiritual, melainkan sebagai napas utama dalam setiap ibadah. “Ibadah itu bukan hanya shalat atau puasa, tapi bagaimana seluruh aktivitas hidup ini menjadi jalan mendekatkan diri kepada Allah,” jelasnya.
Makna ibadah menurut Muhammadiyah, lanjutnya, mengacu pada definisi berikut:
> التَّقَرُّبُ إِلَى اللهِ بِامْتِثَالِ أََوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ وَالْعَمَلِ بِمَا أَذِنَ بِهِ الشَّارِعُ
“Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta mengamalkan segala sesuatu yang diperkenankan oleh syariat-Nya.” (Himpunan Putusan Tarjih, hlm. 276)
Di hadapan para pendidik Spemdalas, ia mengingatkan betapa mulianya profesi guru yang Allah takdirkan. “Menjadi guru adalah anugerah. Ilmu yang disampaikan, bila bermanfaat, menjadi amal jariyah yang tak terputus, bahkan ketika kita sudah wafat,” katanya merujuk pada hadis Rasulullah SAW.
Karenanya, seluruh aktivitas sebagai guru—dari mengajar hingga membimbing siswa—adalah bentuk ibadah. “Tapi ibadah itu bisa rusak kalau kita lalai. Entah karena emosi, ketidaksabaran, atau karena lupa bahwa ini semua jalan menuju takwa,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari. Editor Ichwan Arif