Liputan

Penyesalan di Akhirat, Renungan Tafsir Al-An’am 31-32

50
×

Penyesalan di Akhirat, Renungan Tafsir Al-An’am 31-32

Sebarkan artikel ini
Suasana pagi yang sejuk terasa di Perpustakaan Al-Hikmah Mugeb School. Akhmad Mujahidul Authon, S.Pd.I mengisi Ngaji Tafsir Ibnu Katsir.
Akhmad Mujahidul Authon, S.Pd.I, guru Ismubaqu Mugeb School. (Sayyidah Nuriyah)

Selawe.com – Suasana pagi yang sejuk terasa di Perpustakaan Al-Hikmah Mugeb School. Sejak pukul 06.40 WIB, tampak beberapa guru hadir. Dalam posisi duduk yang nyaman, mereka membaca Al-Qur’an sendiri-sendiri.


Semakin mendekati pukul 07.00 WIB, perustakaan kian ramai. Semakin banyak guru berdatangan. Hingga tepat pukul 07.00, perpustakaan ramah anak itu berubah menjadi hening, Selasa (18/3/2025).


Para guru yang bertugas shift pagi tampak khidmat menyimak ceramah oleh Akhmad Mujahidul Authon, S.Pd.I, guru Ismubaqu Mugeb School. Ini implementasi program Ngaji Tafsir Ibnu Katsir alias Ngijir.
Dalam ceramahnya, Authon mengupas-tuntas makna dari surat Al-An’am ayat 31-32.


Ia awalnya membacakan Al-An’am ayat 31.
قَدْ خَسِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِلِقَاۤءِ اللّٰهِۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوْا يٰحَسْرَتَنَا عَلٰى مَا فَرَّطْنَا فِيْهَاۙ وَهُمْ يَحْمِلُوْنَ اَوْزَارَهُمْ عَلٰى ظُهُوْرِهِمْۗ اَلَا سَاۤءَ مَا يَزِرُوْنَ ۝٣١


Artinya, “Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah. Maka, apabila hari Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, ‘Alangkah besarnya penyesalan kami atas kelalaian kami tentangnya (hari Kiamat),’ sambil memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu.”


Kemudian lanjut membacakan surat Al-An’am ayat 32.
وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌۗ وَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ۝٣٢


Artinya, “Kehidupan dunia hanyalah permainan dan kelengahan, sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”

Suasana pagi yang sejuk terasa di Perpustakaan Al-Hikmah Mugeb School. Akhmad Mujahidul Authon, S.Pd.I mengisi Ngaji Tafsir Ibnu Katsir.
Guru Mugeb School mengikuti Ngaji Tafsir Ibnu Katsir. (Sayyidah Nuriyah)

Penyesalan di Akhirat


Kata Authon, ayat ini berbicara tentang penyesalan di akhirat dan hakikat kehidupan dunia. “Penyesalan pasti datang di akhir,” tegas Authon, mengawali ceramahnya.


Ia menjelaskan, penyesalan itu muncul akibat penggunaan usia yang sia-sia. Padahal menyia-nyiakan kesempatan berbuat baik di dunia itu termasuk sesuatu yang tidak Allah Swt sukai.


Authon kemudian mengaitkan makna ayat di atas dengan kehidupan sehari-hari, khususnya dalam konteks pekerjaan. Beliau menyinggung tentang pentingnya disiplin dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas, serta menghindari sikap menunda-nunda pekerjaan.


“Abah Sis pasti murka kalau ada anak buahnya yang mengerjakan lambat deadline-nya karena itu akan merusak sistem di SD Mugeb,” ujarnya memberikan contoh.

Manifestasi Keburukan


Lebih lanjut, Authon menggambarkan bagaimana orang-orang kafir akan dijemput oleh sosok yang buruk rupa dan berbau tidak enak ketika keluar dari kubur.
Orang kafir bertanya-tanya siapakah sosok tersebut. Si buruk rupa pun menjawab dengan pertanyaan, “Kamu gak tahu aku siapa?”


Kemudian si kafir menjawab, “Aku gak tahu karena Allah sudah membuat wajahmu dan baumu begitu buruk.”
Maka sosok tersebut menjawab, “Saya manifestasi perbuat burukmu sebagaimana yang kamu lakukan di dunia. Kamu bermaksiat dan berbuat buruk lainnya.”


Kemudian, sosok tersebut mengajak si kafir, “Ke sinilah! Saya akan menunggangimu sebagaimana di dunia kamu menunggangiku.”
Kata Authon, itu karena selama hidup di dunia, sang kafir tak mampu menguasai hawa nafsunya sehingga berbuat buruk sesukanya.


“Sepanjang waktu ini, sadar nggak, kita mengakali berbagai sistem? Melanggar perintah Allah SWT terus-menerus? Seakan Anda bisa bersembunyi dari ketentuan Allah. Anda berusaha berkamuflase atas aktivitas ibadah Anda,” sindir Authon.


Ia pun mengingatkan tentang bahaya sikap munafik dalam beribadah. Seperti datang ke masjid hanya karena terpaksa atau agar tidak kena marah atasan. “Hati-hati lho, ya!” pesannya.

Saling Mengingatkan


Di samping itu, Authon menekankan pentingnya tidak merasa hina dan malu untuk menghadap Allah SWT atas banyaknya dosa kita. Serta tidak takut mengingatkan orang lain dalam hal kebaikan.


“Ketika Anda mengingatkan murid atas kemaksiatannya meski Anda ahli maksiat, tidak apa. Karena setiap kebaikan yang murid lakukan dengan wasilah nasihat Anda, ada poin di situ. Setiap kali anak ingat untuk istighfar di rumah, setelah Anda ingatkan di sekolah, Anda dapat jatah pahala darinya. Semoga nasihat Anda ke orang lain juga bisa menjadikan Anda pribadi yang lebih baik lagi,” jelasnya.


Di tengah kesibukan dan padatnya aktivitas, Authon mengajak para guru untuk tetap menjaga kualitas ibadah dan berbuat baik kepada sesama. Ia mengingatkan untuk tidak mudah menyalahkan orang lain atas kesalahan sendiri, serta menghindari sikap manja dan meminta perhatian.


“Dunia ini keras. Jangan minta dimengerti. Situasi dunia ini tidak bisa kompromi dengan diri Anda. Adaptiflah dengan situasi dunia,” tegasnya.

Jalankan Tugas


Di akhir ceramahnya, Authon kembali mengingatkan penyesalan di akhirat. Ia mengajak para guru untuk merenungkan apa yang telah mereka lakukan selama ini. Juga apakah mereka sudah menjalankan tugas dari Allah Swt dengan sebaik-baiknya.


“Ketika Anda bisa menyelesaikan tugas dari atasan, kenapa Anda tidak bisa menyelesaikan tugas dari Allah ? Kenapa Anda berani mengabaikan tugas dari-Nya?” tanyanya.


“Kenapa sekarang Anda masih begitu santai mengabaikan tugas dari Tuhan? Apa yang anda lakukan ini seolah Anda punya kisi-kisi lolos dari nerakanya Allah,” katanya.


Ia lalu mengingatkan, manusia merugi karena perbuatannya sendiri. “Kalau Anda bisa lebih taat ke atasan daripada ke Allah, berarti Anda sedang membangun Kekufuran. Hati-hati, manusia adalah perantaranya dan Allah lah tuhannya. Maka jangan kau tuhankan Manusia!” ujar Authon menutup ceramahnya.


Ngijir kali ini memberikan renungan yang mendalam bagi para guru yang hadir. Momentum ini mengingatkan mereka tentang pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat dan menjalankan tugas sebagai hamba Allah dengan sebaik-baiknya. (*)

Penulis Sayyidah Nuriyah