Selawe.com – Keceriaan memenuhi rombongan siswa SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (Mugeb School). Siswa kelas VI bertualang edukatif ke Yogyakarta selama tiga hari, Senin-Selasa (3/6). Ini menjadi agenda yang mereka tunggu-tunggu. Wisata edukasi ini menjanjikan pengalaman tak terlupakan bagi para peserta.
Dengan pendamping tujuh wali siswa yang tergabung dalam Ikatan Wali Murid (Ikwam) dan sebelas guru pendamping, mereka berangkat menggunakan tiga bus. Berbagai destinasi menarik mereka kunjungi. Mulai dari berwisata Jeep Lava Tour Merapi yang memacu adrenalin, kemudian singgah di Omah Oblong.
Tak kalah menarik, siswa juga menyelami sejarah di Museum Muhammadiyah, mengeksplorasi Planetarium Taman Pintar, hingga menikmati suasana khas Malioboro.
Kunjungan siswa Mugeb School ke Museum Muhammadiyah yang berada di kompleks Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi salah satu sorotan utama edutrip kali ini. Di sana, siswa terbagi menjadi tiga kelompok untuk memastikan mereka mendapatkan informasi dan pengetahuan maksimal dari pemandu.
Jejak Sejarah
Memasuki lantai pertama, pandangan langsung tertuju ke foto-foto para Ketua Umum Muhammadiyah dari masa ke masa. Ada pula gambar logo penyelenggaraan muktamar, yang mengundang decak kagum.
Penjelasan tentang organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah, seperti Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, IPM, Tapak Suci, dan HW menambah wawasan para siswa. Dengan penuh antusiasme, semua siswa mengikuti penjelasan dari para pemandu di setiap titik museum.
Bergeser ke ruang selanjutnya, terdapat globe setengah bola dengan bentuk cekung, sebuah representasi unik yang menarik perhatian. Beberapa buku replika yang pernah tokoh Muhammadiyah terbitkan terpampang di belakang globe. Ini menjadi bukti nyata sejarah panjang Muhammadiyah yang patut mereka pelajari.
Siswa juga berkenalan dengan koleksi museum yang meliputi artefak, dokumen, dan benda-benda bersejarah yang terkait erat dengan sejarah gerakan Muhammadiyah. Terdapat pula dokumentasi wilayah Kauman yang tak jauh dari Malioboro. Selain itu, siswa juga mengenal Masjid Gedhe Kauman, masjid agung kebanggaan Kota Yogyakarta.
Menurut salah satu pemandu, penyebaran Muhammadiyah tidak serta merta terjadi setelah delapan tahun berdirinya. “Muhammadiyah berdiri itu baru menyebar 8 tahun setelahnya. Karena saat itu Indonesia di bawah penjajahan Belanda, jadi tidak serta merta pergerakan Muhammadiyah bisa bergerak bebas. Delapan tahun setelahnya baru menyebar di wilayah Kota Yogya maupun kota-kota lainnya,” jelas sang pemandu.
Ia melanjutkan, “Jadi ada relawan di tingkat sekolah yang lulusannya menyebarkan nilai organisasi di wilayah pelosok. Jadi penyebarannya bukan semata-mata memperluas organisasi, melainkan bagaimana nilai-nilai bisa tersebar. Jadi tidak di kota-kota saja melainkan di pelosok juga merasakan dampak positifnya.” (*)
Penulis Kaiisnawati Editor Sayyidah Nuriyah