Ada Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin di Kelasku

Pembelajaran menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan
Ilustrasi Ada Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin di Kelasku

Pembelajaran lebih menyala, menyenangkan, dan ada tantangan, perlu dipadukan engan kompetisi. Hal ini supaya siswa tergugah, nyalinya ada, dan yang lebih penting lagi adalah siswa tidak loyo ketika mengikuti pembelajaran.

Penulis Ichwan Arif

Selawe.com Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah judul novel karya Tere Liye. Novel yang diterbitkan PT Gramedia tahun 2018 ini saya hadirkan secara sengaja di kelasku. Judul novel dengan diperankan tokoh Tiara dan Danar menjadi media pembelajaran pembelajaran tentang gaya bahasa.

Ya, pembelajaran dengan materi majas atau gaya bahasa perlu menggunakan contoh-contoh yang realistis. Contoh dalam kalimat yang membuat siswa senang sehingga mudah mengingat.

Salah satunya adalah pembelajaran majas perbandingan yaitu personifikasi. Setelah memberikan penekanan pada konsep tentang pengertian dan kunci dalam memaknainya, siswa diajak untuk memahaminya.

Menjelaskan personifikasi memadukan kata benda dan sifat insani. Dua hal ini yang ditekannkan sehingga siswa, dengan model contoh kalimat apapun, mereka pasti mengerti bahwa itu adalah kalimat bermajas personifikasi.

“Benda yang memiliki sifat insani atau manusia,” kataku di depan kelas.

Daun yang jatuh tak pernah membenci anginterdapat benda dan sifat insani. Bendanya yaitu daun dan sifat insaninya adalah membenci. Ketika benda dilekatkan dengan menggunakan sifat insani, maka itu menjadi ciri khusus majas personifikan.

Supaya pembelajaran lebih menyala, menyenangkan, dan ada tantangan, saya pun memadukan dengan kompetisi. Saya yakin kompetisi ini akan membuat siswa tergugah, nyalinya ada, dan yang lebih penting lagi adalah siswa tidak loyo ketika mengikuti pembelajaran.

Maka, dinding kelas pun dimanfaatkan sebagai sarana untuk belajar. Dinding nantinya akan ditempel dengan kertas spectra. Empat kertas yang berukuran setengah meter itu akan ditulis jenis majas. Mulai dari personifikasi, metafora, hiperbola, dan sinekdoke baik itu part pro toto dan totem pro parte.

Siswa pun dibagi kelompok kecil. Masing-masing kelompok berjumlah 2 yang memegang potongan kertas berwarna. Masing-masing kelompok memegang kertas kecil yang berisi kalimat bermajas dengan warna berbeda di setiap kelompoknya. Hal ini untuk memudahkan kelompok mana yang jawabannya benar dan salah.

Maka, kelas pun menjadi ‘ramai’. Mereka berdiskusi, mengamati, menerapkan konsep pembelajaran, bekerja sama, menemukan jawaban yang benar, dan tidak kalah pentingnya adalah mereka bergerak dengan antusias tinggi.

Saya melakukan pengamatan saat melakukan pendampingan. Saya mengamati setiap siswa saat belajar. Mereka tersenyum, riang gembira. Mereka diskusi sengit mencari kata yang tepat sesuai dengan tulisan majar yang tertera di kertas spectra yang ditempel di dinding.

Ya, inilah strategi dalam menciptakan pembelajaran bermakna. Mereka menemukan, kerja sama, dan bahagia ketika belajar.

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin adalah termasuk majas personifikasi. Kalimat itu ada kata benda yang seolah-oleh memiliki sifat insani berupa membentu. Jadi itu kata kunci memaknai majas personifikasi,” kata siswa kelas IX C Naura Zami, saat menyimpulkan materi tentang majas. (*)

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *