Bonggolan Sidayu Mendunia

Bonggolan sosis
Bonggolan sosis
Seporsi Bonggolan Wong Dayu rasa sosis yang sudah digoreng. (Selawe.com/Sayyidah Nuriyah)

Selawe.com – Siapa sangka jajan bonggolan khas Sidayu juga diminati orang yang tinggal di luar pulau Jawa, bahkan luar negeri!

Selawe.com – Sidayu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lokasinya tepat di pesisir pantai utara. Merujuk BPS Kabupaten Gresik https://gresikkab.bps.go.id/id/statistics-table/2/Nzg1IzI=/luas-wilayah-menurut-desa-kelurahan-kecamatan-sidayu.html,  luasnya hanya 53,05 km². 

Meski demikian, makanan khasnya kini semakin banyak dinikmati. Tak hanya warga lokal Sidayu yang suka jajan bonggolan. Warga Sidayu yang kini hijrah ke luar kota, biasanya langsung beli banyak untuk dibawa ke tempat domisilinya.

Salah satu pengusaha bonggolan Muhammad Khoiruddin, S.Pd mengungkap, banyak di antara konsumennya kini tinggal di Jogja, Tangerang, Batu, Bekasi, dan Jombang. Mereka tetap membeli di rumahnya ketika ke Sidayu.

Permintaan khusus juga ia layani. Untuk orang di luar Jawa, Riau misalnya, yang pernah mondok di Sidayu.

“Ketika pulang kampung, biasanya langsung beli banyak. Kangen bonggolan, lihat di media sosial Instagram dan Facebook, lalu menghubungi saya,” kenang pria yang pernah bekerja di SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik itu.

Bonggolan juga diminati warga luar Pulau Jawa. “Orang Riau, beli bonggolan 20 sama ongkirnya nambah Rp 450 ribu, mereka mau bayar,” ungkap guru SD Muhammadiyah Sidayu ini, Sabtu (4/1/2024).

Selain itu, para tenaga kerja wanita (TKW) dan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Malaysia juga langganan kepadanya. “Bonggolan dibawa TKI TKW yang kerja di sana. Orang Malaysia pesan,” kenang Udin.

Ia sangat percaya diri memasarkan produk bonggolan aneka rasa yang ia beri merek Bonggolan Wong Dayu itu. “Legalitas lengkap. Sudah bersertifikat halal dan ber-NIB,” ujarnya. 

Udin menegaskan, selama sepuluh tahun memproduksi bonggolan, dirinya selalu menjaga kualitas. “Bonggolan saya pakai ikan payus, selek, atau laosan. Yakni ikan laut yang hidup di tambak. Lebih gurih. Gak mau ikan yang lain,” tegasnya.

Kalaupun tidak habis, meski jarang, Udin akan mengolahnya lebih lanjut menjadi kerupuk. “Diiris, dijemur, dibuat krupuk. Biasanya sering habis,” katanya.

Dari kesuksesan bonggolannya yang terkenal hingga ke mancanegara itu, Udin bersyukur pernah diundang mengisi materi tentang pembuatan bonggolan tanpa pengawet.

“Pernah ke Bawean, Magetan, Madura, maupun Gresik sendiri. Di antaranya ada yang bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Disperindag,” imbuhnya.

Di rumahnya, ia juga sering menjamu kunjungan studi anak sekolah. “Mulai TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi sudah pernah semua kunjungan bikin bonggolan,” ungkap Udin.

Adapun para mahasiswa yang pernah berguru pada Udin ada dari Unesa, UMG, UISI, Trunojoyo, dan Universitas Ciputra. (*)

Penulis Sayyidah Nuriyah. Editor Ichwan Arif.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *